Ketum Muhammadiyah Berharap Perbedaan Awal Puasa dan Lebaran Tak Jadi Polemik

Laporan: Khaerul Anam
Sabtu, 20 Januari 2024 | 23:28 WIB
Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (SinPo.id/ Muhammadiyah)
Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (SinPo.id/ Muhammadiyah)

SinPo.id - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan atau awal puasa jatuh pada 11 Maret dan 1 Syawal 1445 hijriah atau Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024.

Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir berharap agar penetapan maklumat ini tidak menjadi polemik di masyarakat.

“Hal ini perlu kami sampaikan agar tidak lagi menjadi diskusi apalagi polemik, kok Muhammadiyah mendahului. Karena tidak ada yang kami dahului, dan sebaliknya juga tidak ada yang kami tinggalkan,” kata Haerdar dalam konferensi persnya, dipantau Youtube Muhammadiyah, Sabtu, 20 Januari 2024.

Haedar memandang adanya perbedaan penentuan awal puasa maupun awal lebaran antara pemerintah dan kelompok islam di masyarakat merupakan hal yang lumrah terjadi.

Apalagi, lanjut Haedar, metode yang dilakukan Muhammadiyah dalam menentukan awal hari atau awal bulan menggunakan metode hisab hakiki wujud hilal.

“Pengumuman dan maklumat ini hal yang lumrah terjadi pada setiap tahun. Berbagai organisasi Islam mengeluarkan, bahkan negara juga mengeluarkan kalender baik Hijriyah maupun Miladiyah," ujarnya.

Karena itu, Haedar mengimbau masyarakat agar lebih toleran dalam menyikapi adanya perbedaan maupun kesamaan dalam penentuan awal puasa, idul fitri maupun idul adha.

“Baik kesamaan maupun perbedaan itu harus sudah menjadikan kaum muslim untuk terbiasa toleran, tasamuh, bahkan tanawu. Tanawu itu perbedaan cara dalam hal menjalankan ibadah termasuk memulai bulan-bulan Ramadhan Syawal dan Dzulhijjah,” tandasnya.sinpo

Komentar: