Pengamat : Impor Gula Solusi Ancaman El Nino

Laporan: Sinpo
Jumat, 14 Juli 2023 | 19:39 WIB
ilustrasi kebun tebu (SinPo.id/pixabay.com)
ilustrasi kebun tebu (SinPo.id/pixabay.com)

SinPo.id -  Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menyebut impor gula menjadi solusi dari ancaman El Nino yang dinilai memicu dampak terhadap cuaca dan pertanian di wilayah Indonesia.  Impor gula sebagai langkah antisipasi yang tepat dapat meminimalisasi potensi gangguan ketersediaan komoditas pangan yang penting bagi masyarakat.

“Kalau stok hanya pertengahan atau akhir September, mesti segera dilakukan impor gula mentah. Dugaan saya, kuota dan izin impor sudah dikeluarkan,” kata Khudori, Jumat 14 Juli 2023.

Khudori mengatakan, fenomena iklim El Nino yang terjadi pada tahun 2023 harus diantisipasi oleh berbagai pihak. Hal ini penting mengingat dampaknya yang luas khususnya terhadap sektor pertanian dan pangan.

“Sedangkan gula merupakan salah satu komoditas yang memiliki ketergantungan pada iklim,” ujar Khudori menambahkan.

Menurut dia, fenomena iklim seperti El Nino yang berlangsung panjang berpotensi mengganggu masa panen tebu dan selanjutnya berdampak pada ketersediaan stok gula di dalam negeri. Dengan kondisi ini maka stok gula di dalam negeri diperkirakan hanya sampai pertengahan hingga akhir September 2023.

Ia menyarankan pentingnya evaluasi kebutuhan produksi dan konsumsi gula pada akhir Agustus. Jika ditambah kuota impor gula mentah untuk diolah jadi gula konsumsi apakah masih cukup memenuhi kebutuhan. “Jika tidak, ya jatah impor gula mentah mesti ditambah. Tapi mesti dihitung cermat jumlah dan kapan datang di Indonesia,” Khudori menjelaskan.

Impor ini juga menjadi salah satu solusi mengingat industri kecil maupun menengah yang mulai menggunakan gula konsumsi yang berpotensi menimbulkan shortage di masyarakat.

Selain itu, untuk mendorong agar industri mau impor dan mencegah shortage gula konsumsi di masyarakat, Harga Acuan Penjualan (HAP) gula sudah sepatutnya mengalami kenaikan. Kenaikan HAP gula ini menjadi solusi terbaik sehingga ketersediaan gula di konsumen dapat terus terpenuhi.

Pengamat ekonomi dari LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengungkapkan idealnya HAP gula berada pada angka Rp15 ribu hingga Rp16 ribu per kilo gram.

“Apabila dinaikkan ke level level Rp15 ribu hingga Rp16 ribu relatif bisa mengimbangi kenaikan harga gula di level global, sehingga berpotensi menjaga keseimbangan pasokan akibat mekanisme pasar dengan adanya penyesuaian harga di pasaran,”  ujar Riekfy.

Menurut Riefky, kenaikan HAP gula yang tidak sesuai dengan kenaikan tingkat harga di level global berpotensi menimbulkan market distortion.  Ia mencontohkan dalam bentuk penurunan stok akibat sebagian gula konsumsi yang berpotensi digunakan oleh industri kecil.

“Di sisi lain, industri besar juga berpotensi untuk menahan stok yang berisiko menimbulkan kelangkaan di level konsumen seiring dengan semakin mahalnya impor,”  kata Riefky menjelaskan.

Ia menyarankan kenaikan HAP Gula juga harus segera dieksekusi secepatnya. “Jika masih terjadi tarik-ulur, dikhawatirkan sektor gula nasional akan semakin terjerembab,” katanya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI