Basarah: Elastisitas Pancasila Diuji Kesetiaan Rakyatnya pada Abad 21

Laporan: Juven Martua Sitompul
Rabu, 28 Juni 2023 | 13:34 WIB
Ahmad Basarah (Sinpo.id/MPR)
Ahmad Basarah (Sinpo.id/MPR)

SinPo.id -  Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengingatkan elastisitas Pancasila sebagai ideologi bangsa diuji oleh kesetiaan rakyat pada abad 21 dan seterusnya. Penerapam setiap sila harus bisa diimplementasikan dengan zaman yang terus berubah dan masyarakat yang berkembang.

"Ketika zaman berubah, interaksi masyarakat dunia juga semakin intensif dan masif, saya ingatkan bahwa nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat dunia juga berubah. Di sinilah Pancasila diuji, sejauh mana sila-sila yang terkandung di dalamnya tetap dihayati dan dijalankan oleh rakyat pendukung ideologi ini," kata Basarah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, 28 Juni 2023.

Basarah pun menjelaskan alasan bulan Juni dimeriahkan sebagai 'Bulan Bung Karno' tidak hanya karena sang Proklamator lahir, wafat, dan melahirkan Pancasila. Yang lebih penting lagi ialah memompakan ideologi Pancasila kepada semua generasi bangsa.

"Jika Pancasila tidak kita pompakan terus-menerus ke tengah masyarakat, sangat mungkin elastisitas ideologi ini tak lagi kenyal berhadapan dengan ideologi-ideologi lain yang sangat mudah diakses di Internet, mulai dari komunisme, kapitalisme, sampai khilafah," ujarnya.

Dia lantas mencontohkan desukarnoisasi yang pernah terjadi di masa lalu berhasil membuat stigma bahwa Bung Karno jauh dari umat islam bahkan dianggap sangat dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Padahal, kata dia, tak sedikit kajian mengungkapkan pemikiran Bung Karno tentang sinergi antara islam dan Pancasila yang melahirkan nasionalisme religius banyak diungkap oleh banyak akademisi.

"Ada pemahaman dikotomis yang sengaja dikembangkan di masa lalu bahwa nasionalisme bertentangan dengan Islam. Jadi, jika Bung Karno dianggap kelompok yang menganut paham kebangsaan, otomatis beliau dinilai tidak Islami. Ini salah kaprah," kata dia.

Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Malang (UNM) Prof Hariyono menyayangkan akibat distorsi sejarah masih ada dosen sejarah di kampus lain yang menolak Pancasila lahir pada 1 Juni 1945.

"Mengapa sampai saat ini masih ada anggapan ada tiga orang yang merumuskan Pancasila? Ini terjadi karena distorsi. Ayo cek, apakah Bung Hatta orang jujur atau tidak? Saat menerima gelar doctor honoris causa, Bung Hatta menegaskan Pancasila adalah pidato Bung Karno pada 1 Juni," ucapnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI