Ini Makna dari Berbagai Menu Makanan Khas Imlek
SinPo.id - Hari Raya Imlek atau Tahun Baru Imlek merupakan momen yang banyak ditunggu-tunggu, khususnya bagi orang-orang keturunan Tionghoa. Momen ini juga kerap kali dijadikan ajang berburu dan membeli ikan segar untuk diolah menjadi aneka hidangan istimewa.
Banyak makna filosofis yang terkandung dalam tradisi perayaan tersebut. Salah satunya contohnya yakni, wajib membeli ikan segar di Hari Imlek.
Seorang celebrity chef keturunan Bangka-Jakarta, Steby Rafael pun membenarkan bahwa ikan menjadi sajian paling utama selama Imlek.
"Brand yang tap in kebanyakan juga minta ikan sebagai main ingredient-nya. Biasanya mereka dan saya ambil dari SeafoodbyAruna karena ikannya bagus-bagus, segar. Untuk keperluan shoot konten Imlek juga tentu akan membuat visualnya terlihat lebih menarik," katanya.
Beberapa tradisi dan makna yang terkandung dalam perayaan Imlek ini, antara lain;
1. Wajib Membeli Ikan Segar di Hari Imlek
Hampir di seluruh belahan dunia, setiap tradisi perayaan selalu memiliki hidangan atau menu makanan khusus yang wajib tersedia pada saat perayaan, termasuk dalam perayaan Tahun Baru Imlek.
Ikan merupakan menu yang wajib tersedia di meja makan saat perayaan Hari Raya Imlek. Alasannya adalah karena ikan dalam bahasa Mandarin disebut yu yang berarti surplus atau limpahan rezeki.
Bahkan, dalam sajian lain yang wajib ada pada saat perayaan Imlek pun mengandung olahan ikan dan udang, seperti dumpling atau pangsit.
2. Sajian Mi Panjang yang Penuh Berkah
Masyarakat keturunan Tionghoa memang tidak dapat lepas dari sajian mi. Alasan mengapa mi juga wajib ada dalam tradisi perayaan Imlek adalah karena mi dimaknai sebagai berkah usia panjang.
Perlu diingat bahwa dalam tradisi Tionghoa, mi yang dikonsumsi baiknya jangan sampai terputus agar orang yang memakannya dapat diberkahi umur panjang. Nah, pada saat imlek, mi pun biasanya dimasak dengan tambahan potongan ikan dan udang segar di dalamnya.
Selain membeli ikan segar untuk aneka hidangan khusus perayaan Imlek, biasanya kue keranjang dan buah jeruk juga tidak pernah terlewat dalam kesempatan ini. Apalagi kue keranjang atau niang-gao ini diasosiasikan dengan kualitas hidup yang lebih baik.
Seorang tokoh masyarakat Tionghoa dari Belitung, Ayie Gardiansyah, mengungkapkan, "Kue keranjang itu simbol kerukunan karena teksturnya yang sticky alias lengket," kata Ayie.