Bencana Banjir Jateng, NU : Masyarakat Pesisir Butuh Pendampingan

Laporan: Sinpo
Rabu, 11 Januari 2023 | 09:12 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Pixabay.com)
Ilustrasi (SinPo.id/Pixabay.com)

SinPo.id -  Organisasi Nahdotul Ulama Jawa Tengah menyatakan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir wilayah isetempat sangat membutuhkan pendampingan dalam menghadapi persoalan bencana rob maupun banjir. Hal itu disampaikan dalam sebuah diskusi atau Rembuk “Batir Warga Pesisir: Merawat Pesisir Menjaga Masa Depan Kehidupan" yang digelar di Ponpes Al-Itqon, Tlogosari, Kota Semarang, belum lama ini.

"Masyarakat Pesisir Butuh Pendampingan, sekarang kondisinya manusia terdesak oleh alam. Maka perlu kita cermati akar masalahnya," kata Ketua Pimpinan wilayah Nahdhotul Ulama, Jawa Tengah, KH M Muzammil.

Muzammil mengakui saat ini banyak masalah terkait lingkungan. Ia membandingkan zaman dulu desa-desa sangat asri, dan sungai banyak ikan dan penuh keseimbangan.

“Atas dasar itu, semua perlu menganalisa, kenapa ini bisa terjadi. Apalagi dari sisi teologi, manusia itu adalah pemimpin di muka bumi ini,” kata Muzammil menmabahkan.

Ia mengatakan masih ada waktu ikhtiar untuk memperbaiki alam. Karena manusia ini harus menjadi subyek, bukan obyek. Sedangkan negara juga harus hadir untuk melindungi masyarakat.

Salah satu warga Sayung, Kabupaten Demak, Kamandoko menyebut hampir semua wilayah di kecamatannya tenggelam. Dia menceritakan, dulunya pernah ada tanggul di sepanjang Genuk, Semarang hingga Sayung, namun kini tanggul tersebut hilang.

"Karenanya, kita butuh lagi semacam tanggul. Termasuk adanya rusunawa bagi warga yang sudah tidak mampu membangun tempat tinggal," kata Kamandoko.

Dia menyebut, penurunan tanah di Sayung mencapai 15 cm tiap tahunnya. "Karenanya kita butuh solusi jangka panjang," katanya.

Hal yang sama juga dirasakan warga Kota Pekalongan Deko Handoko yang mengatakan, banjir yang selalu terjadi di wilayahnya juga mengganggu perekonomian warga.

"Air bisa menggenang sebulan hingga dua bulan. Akhirnya banyak warga yang pindah haluan. Misalnya dulu mbatik, kini jadi kuli bangunan," kata Handoko.

Menurut dia, aktivitas sosial juga terdampak akibat bencana banjir maupun rob. Hal itu juga menyebakan aktivitas pendidikan terganggu. "Pendidikan madrasah masih daring, karena gedung terendam air. Banyak juga rumah warga menjadi tidak layak huni," kata Handoko menjelaksan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI