Ledakan Bom di Markas Astana Anyar

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 10 Desember 2022 | 07:00 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)

Lembaga penanggulangan teror seharusnya bertanggungjawab terkait insiden mematikan itu. Apalagi hasil penelusuran menunjukan pelaku mantan warga binaan program deradikalisasi.

SinPo.id -  Apel pagi personil kepolisian sektor Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu 7 Desember 2022 pagi mendadak buyar, saat seorang pria bersenjata tajam menerobos. Kejadian sekitar pukul 08.20  pagi itu diikuti ledakan ketika sang penerebos mampu menembus penjagaan.

“Tiba-tiba ada seseorang laki-laki masuk ke Polsek mengacungkan senjata tajam dan menerobos barisan apel pagi seketika anggota menghindar,” kata Kapolrestabes Bandung Kombes Aswin Sipayung usai kejadian.

Aswin mengatakan, peristiwa ledakan akibat aksi bom bunuh diri itu membuat seorang anggota Polri gugur, sedangkan tujuh anggota lainnya mengalami luka. Belakangan korban terluka bertambah menjadi 11 orang.

Kepala biro penerangan masyarakat, Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan membenarkan korban luka tak hanya anggota polisi, namun juga warga sipil. "Dari masyarakat satu orang luka ringan," kata Ahmad Ramadhan.

Ramadhan memastikan satu terduga pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar tewas, meski belum merinci identitas terduga pelaku. "Terduga pelaku bom bunuh diri meninggal," kata Ramadhan singkat.

BNPT Kecolongan

Teror bom itu menimbulkan reaksi dari DPR RI di senayan, yang menilai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kecolongan. Lembaga penanggulangan teror seharusnya bertanggungjawab terkait insiden mematikan itu. Apalagi hasil penelusuran menunjukan pelaku mantan warga binaan program deradikalisasi.

"Peristiwa bom bunuh diri ini BNPT kecolongan," kata Anggota Komisi III DPR RI Santoso.

Santoso mengatakan program deradikalisasi BNPT jangan hanya berorientasi pada penyerapan anggaran, tapi benar-benar membentuk sikap toleran antaranak bangsa atas adanya perbedaan dan pandangan politik.

Dia meminta pihak terkait, baik kepolisian dan Badan Intelijen Negara (BIN) mendeteksi dini gerakan-gerakan radikal di Tanah Air. Termasuk, aksi teror yang membuat masyarakat resah tersebut.

"Aparat penegak hukum termsuk BIN punya tugas untuk mengantisipasi agar peristiwa bom bunuh diri ini tidak terjadi lagi," kata Santoso.

Termasuk kewaspadaan aparat terkait potensi serangan kelompok teroris menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru) agar kejadian serupa tak terulang.

Ketua Komisi III DPR RI Bambang Wuryanto atau akrab disapa Bambang Pacul mengatakan BNPT harus mengevaluasi program deradikalisasi yang dinilai tak berjalan baik, menyusul pelaku bom bunuh diri di markas polisi tingkat polsek itu merupakan mantan narapidana teroris yang telah menempuh program tersebut.

“Program deradikalisasi harus dicek ulang,” kata Bambang.

Menurut Bambang, BNPT harus punya program yang lebih jitu dari deradikalisasi. Sehingga, upaya pemberantasan paham radikal efektif. "Kalau keluarnya begini, berarti kan ada dugaan belum sembuh maka ini harus dilakukan peningkatan lagi deradikalisasi,” kata Bambang menegaskan.

Anggota Komisi III DPR RI Didik Mukrianto minta BNPT memperjelas road map pemberantasan terorisme. Dia mengingatkan BNPT agar tidak hanya sibuk memperbanyak nota kesepahaman (MoU) dengan kelembagaan.

"Tata kelola kelembagaan yang lebih jelas dalam pemberantasan terorisme diperlukan ke depannya agar BNPT tidak terlihat seperti memperbanyak MOU kerja sama kelembagaan tanpa sinkronisasi efektivitas peran, wewenang, dan tugas dari berbagai lembaga yang dilibatkan," kata Didik.

Ia menyarankan agar lembaga yang dipimpin Komjen Boy Rafli itu fokus memulihkan ideologi mantan narapidana terorisme. Langkah itu dilakukan dengan upaya strategis dan efektif dari BNPT untuk memberdayakan lembaga yang sudah ada, baik di tingkat pusat, daerah, maupun kawasan.

BNPT juga harus membuka ruang bagi lembaga-lembaga nonpemerintah (ormas, lembaga pendidikan, dan LSM) untuk aktif terlibat dalam pemberantasan terorisme.

Didik juga mengimbau agar BNPT mengevaluasi program rehabilitasi bagi mantan narapidana terorisme (napiter). Apalagi, pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar Bandung, Jawa Barat, merupakan eks teroris.

Menurut Dididk, rehabilitasi mantan napi teroris di Indonesia pada umumnya cenderung masih terbatas pada rehabilitasi keagamaan dan spiritual (deradikalisasi), psikologis, dan pendidikan. Namun, belum banyak menyentuh dimensi rehabilitasi lainnya.

"Untuk itu pemerintah harus mulai membangun juga rehabilitasi secara komprehensif dengan mencakup dimensi pendidikan, vokasional, keluarga dan sosial, rekreasional, dan kesenian," katanya.

Pelaku Lama Tak Kunjung Sadar

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran kepolisian mengusut tuntas peristiwa bom bunuh diri tersebut.

Sigit mengatakan, korban bom bunuh bertambah mencapai 11 orang terdiri dari sembilan  anggota kepolisian dan satu masyarakat yang mengalami luka-luka serta satu personel polisi meninggal dunia.

"Saat ini kita terus melakukan pendalaman. Terkait proses olah TKP sedang berlangsung tentunya dari olah TKP kita akan melakukan proses pencarian terhadap kelompok yang terafiliasi dengan pelaku yang ada di TKP," ujar Sigit saat menjenguk korban.

Menurut Sigit, hasil pemeriksaan sidik jari dan Face Recognition terduga identitas pelaku bom bunuh diri bernama Agus Sujatno alias Agus Muslim.

"Yang bersangkutan pernah ditangkap karena peristiwa bom Cicendo dan sempat dihukum empat tahun di bulan September atau Oktober 2021 lalu yang bersangkutan bebas," kata Sigit menambahkan.

Agus juga terafiliasi dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung, Jawa Barat. Sedangkan penyelidikan sementara ditemukan barang bukti bertuliskan penolakan terhadap pengesahan KUHP baru yang ditemukan dari barang bukti terduga pelaku.

Sigit menyampaikan kepada seluruh personel kepolisian agar tetap menjalankan tugasnya secara profesional dalam memberikan rasa aman dan damai kepada seluruh masyarakat Indonesia.

"Saat ini tim terus bekerja menuntaskan peristiwa yang terjadi," kata Sigit menegaskan.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama Muchamad Nabil Haroen menyebut bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar, Bandung, Jabar, sebagai peringatan bahaya paham radikal.

"Bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar menjadi peringatan kita semua, tentang bahaya kelompok radikal," kata Nabil

Menurut Nabil, mitigasi teror diperlukan guna menekan paham ekstrem di Indonesia. BNPT maupun Polri perlu bekerja sama dengan organisasi masyarakat (ormas) yang konsen dengan keamanan dan punya jaringan luas.

Ia menyebut tindakan terorisme seperti rumput yang bisa tumbuh di tanah mana saja jika akarnya tidak dicabut. "Maka, amat sangat penting dukungan kita kepada penegak hukum untuk mengusut tuntas hal ini hingga akarnya," katanya.

Sedangkan anggota Komisi III DPR RI, Johan Budi menyebut bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar, Bandung, Jabar, mengindikasikan masih adanya kelompok-kelompok ekstrem di Tanah Air. "Bahwa ada bom bunuh diri mengindikasikan bahwa masih ada sisa-sisa kelompok yang ekstrem," kata Johan.

Johan mengingatkan BNPT maupun Polri berupaya keras menyosialisasikan program pencegahan paham radikal. Teror keji ini juga harus jadi alarm bagi semua pihak untuk tetap waspada terhadap aksi terorisme.

"Nah ini perlu secara terus menerus yang dilakukan BNPT juga Polri adalah, pertama sosialisasi berkaitan dengan paham-paham yang tidak mainstream, kedua ini juga harus menjadikan kewaspadaan terkait dengan keamanan," kata Johan menjelaskan.sinpo

Komentar: