Ini Sejumlah Tantangan Pemulihan Ekonomi Indonesia Saat Ini

Laporan: Sinpo
Senin, 03 Oktober 2022 | 14:30 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/pixabay.com)
Ilustrasi (SinPo.id/pixabay.com)

SinPo.id -  Situasi dan kondisi ekonomi tahun 2022 disebut cukup menantang bagi kinerja pemulihan ekonomi Indonesia.  Pada sisi domestik, masalah kesehatan masih menjadi tantangan terutama ketika Indonesia dihadapkan pada situasi dimana varian Omicron merajalela di awal tahun.

"Sementara itu, dari sisi internasional, tekanan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang semakin meningkat juga menjadi tantangan bagi kinerja pemulihan ekonomi nasional serta ancaman depresi. Merebaknya COVID-19 telah sangat menghambat operasi ekonomi global," kata Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran (FEB Unpad) Bandung, Profesor Nunuy Nur Afiah saat webinar bertajuk 'Strategi ASEAN dalam Pemulihan Ekonomi Regional' yang digelar oleh Magister Ekonomi Terapan (MET) FEB UNPAD bersama Kementerian Luar Negeri RI, pekan lalu.

Ia mengutip data resmi Bank Dunia per Juni 2020, yang menyebutkan pandemi ini diperkirakan akan menyebabkan kontraksi 5,2 persen dari PDB global. Tercatat mulai Desember 2019, Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia dalam skala terbatas selama seperempat hingga Maret 2020 ketika jumlah kematian di negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akhirnya mulai meningkat.

"Namun, meskipun wabah relatif terlambat di kawasan itu, pasar ASEAN telah jatuh bersama dengan pasar regional lainnya di seluruh dunia di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari pembunuh virus terbesar pada tahun 2020," ujar Nunuy menambahkan.

Selain wabah Covid-19 yang melanda seluruh Dunia, menurut Nunuy menyebut, konflik Rusia-Ukraina menjadi tantangan selanjutnya yang harus dihadapi bersama-sama oleh seluruh negara tidak terkecuali negara-negara di kawasan ASEAN. 

Ia menyebut konflik tersebut telah menyebabkan kenaikan harga komoditas secara eksponensial, mengingat kedua negara yang bertikai merupakan pengekspor utama bahan bakar fosil, biji-bijian, pupuk, dan logam.

Bahkan tidak dapat terbantahkan, gangguan pasokan komoditas akibat invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 berdampak drastis pada perekonomian global, termasuk di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

"Selain itu, konflik Rusia-Ukraina itu akan menyebabkan harga energi dan makanan global naik masing-masing sebesar 50 persen dan 20 persen  pada tahun 2022," kata Nunuy menjelaskan.

Direktur Kerjasama Ekonomi ASEAN   Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia, Berlianto Situngkir membeberkan lima upaya membantu pemulihan ekonomi di Kementerian Luar Negeri. Pertama, membentuk Tim Khusus Ekonomi.

"Sejak bulan Juli 2020, Kemenlu membentuk Tim Percepatan Pemulihan Ekonomi (TPPE), sebuah kelompok kerja non-struktural yang bertugas memetakan potensi dan memanfaatkan peluang ekonomi di tengah pandemi Covid-19," kata Berlianto.

Kedua, kata dia, bekerja sama atau gotong royong dimana TPPE senantiasa menjalin kerja sama dengan kementerian atau lembaga milik Pemerintah Indonesia, terutama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, dan Kementerian Investasi (BKPM).

Sedang ketiga, melakukan diplomasi Vaksin. Langkah keempat ia menyebut BUMN Go Global, yaitu program kerja sama antara Kemlu dan Kementerian BUMN bertujuan untuk meningkatkan status Indonesia dari target pasar, menjadi pemimpin pada rantai pasok global,” kata Berlianto menjelaskan.

"BUMN Go Global juga ditujukan untuk memasarkan produk-produk BUMN di kancah internasional," Berlianto menjelaskan.

Selain itu ia mengatakan upaya kelima pengakuan sertifikat vaksinasi yang dilakukan pada bulan Mei 2022 oleh pemerintah Indonesia dan Uni Eropa resmi bekerja sama lewat pengakuan sertifikat vaksinasi Covid-19 melalui aplikasi PeduliLindungi dan EU Digital Covid Certificate (EU DCC).

Berliato mengatakan, ASEAN bertujuan untuk mempromosikan kerja sama antar pemerintah dan memfasilitasi integrasi ekonomi, politik, keamanan, militer, pendidikan dan sosial budaya di antara para anggotanya dan negara-negara lain di Asia.

"Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah memimpin integrasi ekonomi dalam banyak perubahan struktural dalam ekonomi dunia," katanya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI