Rizal Ramli Paparkan Cara Lain Agar Harga BBM Tak Naik

Laporan: Tri Bowo Santoso
Minggu, 04 September 2022 | 10:15 WIB
Tokoh nasional, Rizal Ramli. Dok. Pribadi
Tokoh nasional, Rizal Ramli. Dok. Pribadi

SinPo.id - Tokoh nasional Rizal Ramli menilai, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Sabtu, 3 September 2022 semakin membuktikan bahwa pemerintah tak berpihak pada rakyat kecil.   

"Esensinya sederhana, pemerintahan Jokowi tidak kreatif dan tidak berpihak pada rakyat. Bisanya hanya nambah utang mahal dan menaikkan harga yang bikin susah rakyat," ujar pria yang karib disapa Bang RR ini melalui akun twitternya @ramlirizal yang dikutip pada Minggu, 4 September 2022.

"Padahal ada cara lain, tidak perlu naikkan BBM. Tidak kreatif, tapi songong pula," sambungnya.

Bang RR mengungkap cerita masa lalu, ketika diminta pendapat oleh IMF terkait kenaikan harga BBM pada 1998. Kala itu, Bang RR tegas menolak kenaikan.  

"Akhir April 1998, RR diundang Hubert Neiss, Managing Director Asia IMF di Grand Hyatt. Neiss tanya pendapat RR karena IMF minta RI untuk naikkan harga BBM. RR jawab, “I am a trained economist, I know reasons why the price have to increase. But please don’t”. BBM naik, Soeharto jatuh," tuturnya.

Bang RR-pun menyoroti alasan Presiden Jokowi menaikan harga BBM bersubsidi untuk menekan anggaran yang semakin membengkak sangat tidak logis.

"Pemerintah mestinya fokus mengurangi cicilan bunga dan pokok utang, yang tahun ini Rp805 triliun atau 1/3 dari APBN, pos anggaran utama Jokowi. Jika dilakukan debt-swap, termasuk debt-to-nature swap, cicilan bisa berkurang 1/4nya (Rp200 triliun), BBM tidak perlu naik," tutur Bang RR.

Bang RR juga menyarankan kepada Jokowi untuk memerintahkan komisaris dan direksi potong ineffesiensi Pertamina dam PLN sebesar 20%.

"Itu bukan hal yang sulit asal mereka bersih dan profesional, bukan titipin politik dan hutang budi Jokowi (Ahok). Kalau itu dilakukan, tidak perlu BBM naik," imbuhnya.

Lebih lanjut, Rizal Ramli memberi saran lain agar Presiden Jokowi berani menghentikan beberapa proyek yang tidak terlalu urgen demi mengamankan APBN.

"Pemerintah hentikan pengeluaran yang tidak perlu, seperti proyek ibukota baru abal-abal itu. Kurangi pengeluaraan lembaga-lembaga negara seperti Mahkamah Konsitusi yang anggarannya malah dinaikan 4 kali. Padahal kinerja payah dan badan-badan baru," pungkas Bang RR.

Sebelumnya, Presiden Jokowi resmi mengumumkan kenaikan harga BBM. Kepala Negara mengatakan, pemerintah telah berupaya sekuat tenaga untuk melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. 

Sebetulnya, Jokowi mengatakan, ingin harga BBM dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi dari APBN. 

“Tetapi, anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 telah meningkat 3 kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun dan itu akan meningkat terus. Dan lagi lebih dari 70 persen subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil-mobil pribadi,” kata Jokowi. 

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan kenaikan harga BBM mulai berlaku satu jam setelah diumumkan pemerintah. 

“Hari ini 3 September 2022, pukul 13.30 WIB, pemerintah memutuskan untuk menyesuaikan harga BBM subsidi antara lain Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Pertamax non subsidi dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter,” ujarnya.

 sinpo

Komentar: