Pernah Kritik Kenaikan BBM di 2013, Jokowi Dianggap Tak Konsisten

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 04 September 2022 | 09:12 WIB
Ilustrasi SPBU (Ist)
Ilustrasi SPBU (Ist)

SinPo.id - Anggota Komisi VII DPR RI, Rofik Hananto, menyebut Presiden Joko Widodo tidak konsisten dengan kritikannya terhadap kompensasi kenaikan BBM subsidi pada Juni 2013.

“Presiden Jokowi tidak konsisten. Dulu mengatakan BLT dinilai tidak mendidik rakyat, sekarang justru menerapkannya,” kata Rofik dalam keterangan persnya, dikutip Minggu 4 September 2022.

Kritikan tersebut dilontarkan setelah pemerintah resmi mengumumkan kenaikan harga BBM yang dinilai sebagai ketidakpekaan pemerintah terhadap kesulitan rakyat, di tengah proses pemulihan ekonomi yang sempat terpuruk selama dua tahun pandemi Covid-19.

"Pemerintah tidak peka dengan kesulitan rakyat. Kenaikan harga BBM bersubsidi sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat miskin," ungkapnya.

Selain itu menurut Rofik, meningkatnya harga BBM juga berimbas pada meningkatnya harga barang, yang akan menurunkan daya beli masyarakat, karena bantuan BLT tidak akan sepenuhnya membantu rakyat.

"Bantuan BLT yang dijanjikan tidak sebanding bila dibandingkan dengan dampak kenaikan BBM bersubsidi. Ini tidak menyelesaikan masalah, tidak efektif untuk menjaga daya beli masyarakat," imbuhnya.

Pihaknya juga mengkritik bahwa seharusnya pemerintah memperbaiki aturan penyaluran BBM bersubsidi yang dinilai lebih banyak dinikmati oleh orang kaya, ketimbang menaikkan harganya.

"Seharusnya pemerintah segera memperbaiki aturan penyaluran BBM subsidi agar lebih tepat sasaran. Bukan mencari jalan pintas menaikkan BBM bersubsidi," tandasnya.

Seperti diketahui, harga pertalite naik dari sebelumnya Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, Solar naik dari sebelumnya Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, dan pertamax naik dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.sinpo

Komentar: