Kong Usman, Pejuang Kemerdekaan RI Keturunan Tionghoa yang Terlupakan

Laporan: Tri Bowo Santoso
Rabu, 17 Agustus 2022 | 23:43 WIB
Muhamad Usman atau karib di sapa Kong Usman. Foto: Pojok Satu
Muhamad Usman atau karib di sapa Kong Usman. Foto: Pojok Satu

SinPo.id - Muhamad Usman atau karib di sapa Kong Usman adalah satu diantara sekian banyak nama pejuang kemerdekaan RI keturunan Tionghoa yang mungkin sudah terlupakan oleh pemerintah dan masyarakat.

Padahal, Kong Usman berkontribusi dalam memerdekakan Indonesia dengan bertempur melawan kolonial Belanda dan Jepang. Ia tercatat pernah bergabung bersama pasukan Hizbullah pimpinan pahlawan nasional asal Bekasi, KH Noer Ali.

Di usianya yang kini sudah mencapai lebih dari 100 tahun ini, Kong Usman masih bisa mengisahkan pengalamannya saat berperang melawan penjajah bersama pasukan Hizbullah di wilayah Bekasi.

Kala itu, usia Kong Usman masih 17 tahun sudah terlibat pertempuran melawan Belanda.

Pasukan kolonial Belanda dilawan oleh pasukan Hizbullah pimpinan KH Noer Alie, pahlawan nasional asal Bekasi yang mendapatkan julukan singa Karawang-Bekasi. Menurut Kong Usman, pasukan Hizbullah merupakan pasukan berani mati yang pantang mundur saat melawan penjajah.

Bahkan, Kong Usman mengaku rela mati untuk merebut kemerdekaan dari tangan Belanda. 

Pengaruh KH Noer Ali terhadap Kong Usman sangat kuat. Singa Karawang menolak menerima uang pensiun sebagai veteran, Kong Usman-pun juga enggan menerima. Bahkan, saat Indonesia sudah terlepas dari belenggu penjajah, Kong Usman memilih untuk mengundurkan diri sebagai angkatan bersenjata.

Padahal, kata Kong Usman, salah satu komandannya sangat berharap bahwa dirinya terus menjadi tentara. Hal ini lantaran dirinya dianggap memiliki kemampuan untuk memimpin pasukan di medan perang.

"Kata komandan, jangan berhenti kamu harus jadi tentara untuk mendidik dan membina para pemuda yang baru masuk tentara," kata kong Usman.

"Saya tulus membela negara dan agama," ujar Kong Usman.

Salah satu anak kong Usman, Ahmad Dumyati membenarkan langkah yang diambil ayahnya itu. Menurutnya, Kong Usman menunggu cukup lama agar keinginannya untuk mundur sebagai angkatan bersenjata dikabulkan.

"Sempat menunggu keputusan cukup lama Kong Usman, pada akhirnya diijinkan (berhenti) dengan hormat," kata Ahmad Dumyati.

Ahmad Dumyati menyebut, sang ayah sempat bersuara keras, sedikit memakasa agar dirinya bisa berhenti sebagai angkatan bersenjata.

Karena, sambung Ahmad Dumyati, setelah penjajah pergi, Kong Usman hanya ingin melanjutkan hidup sebagai pedagang. Profesi yang dijalani ayah Kong Usman ketika tiba di Indonesia.

Ayah dari Kong Usman berasal dari Cina. Ayahnya itu datang ke Indonesia bersama dua saudaranya.

“Usaha bapak gua, tukang bikin jam tangan tukang bikin arloji, arloji loceng dulu namanya loceng terus beker itu usaha bapak gua,” cerita Usman.

Setelah pensiun sebagai angkatan bersenjata dan ogah menerima uang pensiun sebagai veteran. Usman, dikatakan anaknya melakoni profesi sebagai pegadang ayam.

“(jadi) pedagang ayam, ngirimnya ke Jatinegara, ke rumah makan besar-besar. Dia kalau belanja ayam itu bisa truk-trukan” kata Dumyati.

Sampai saat ini, Usman tegas tak mau menerima uang pensiun. Ia berkali-kali menegaskan bahwa niatnya angkat senjata melawan penjajah murni didasari niat tulis membela tanah air.

Meski Kong Usman keturunan Tionghoa, ia tetap rela dan ikhlas berkorban serta berjuang untuk merebut kemerdekaan Indoesia dari tangan Belanda. 

Kini, kemerdekaan Republik Indonesia sudah genap 77 tahun, Kong Usman yang tinggal di Kampung Pintu Air, Kelurahan Harapan Mulya, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat itu seolah sudah terlupakan sejarah, karena belum adanya perhatian dari pemerintah.  

Nasib Veteran
 
Beny Rusmawan salah satu penggiat sejarah Kota Bekasi mengungkap bahwa sikap veteran yang enggan menerima uang pensiun menjadi bukti ajaran KH Noer Ali sebagai tokoh sangat dijunjung murid-muridnya.

Meski begitu, Benny meminta pemerintah untuk lebih memperhatikan bagaimana nasib para veteran di saat ini.

Benny mengungkapkan, saat ia berkunjung ke dua veteran lain yang cukup ternama di Bekasi, kong Abdulah dan kong Matali, kondisinya sangat memprihatinkan. Meski saat ini kedua veteran itu telah meninggal dunia.

Kondisi veteran di Bekasi yang cukup miris juga diungkap Budayawan Bekasi, Maja Yusirwan. Menurut pria yang akrab disapa Aki Maja itu, kondisi veteran wajib diperhatikan pemerintah.

Diungkap Aki Maja, saat ia berkunjung ke Kantor Veteran yang berlokasi di Gedung Juang, Tambun, Bekasi, banyak mantan pejuang dengan kondisi memperihatinkan.

"Sangat miris dan prihatin, seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih serius terhadap veteran, karena jasa besar beliau-beliau negeri ini merdeka," tutur Aki Maja.

 sinpo

Komentar:
BERITALAINNYA
Koran Sin Po 30 Maret 1929 (Monahs University/SinPo.id)
Unificatie ka atas atawa ka bawah?
Sabtu, 30 Maret 2024
Koran Sin Po, 24 Maret 1928, (Monash University/SinPo.id)
Organisatie Tionghoa.
Minggu, 24 Maret 2024
Koran Sin Po 20 Maret 1926 (Monash University/SinPo.id)
“Bandjir besar di Brebes,”
Rabu, 20 Maret 2024
Koran Sin Po, 3 Maret 1928 (Monash University/SinPo.id)
Sifat nationaal dari sekola.
Minggu, 03 Maret 2024
Koran Sin Po, 19 Februrai 1927 (Monash University/SinPo.id)
Psychology dari Inggris.
Senin, 19 Februari 2024
Koran Sin Po, 6 Februari 1932 (monash University/SinPo.id
Poehoen-poelweai asing di Amerika.
Selasa, 06 Februari 2024