Pengamat: Awan Gelap Masih Ada, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,3% di 2023 Mustahil Terjadi

Laporan: Tri Bowo Santoso
Rabu, 17 Agustus 2022 | 23:25 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

SinPo.id - Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, menilai, target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipatok Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencapai  5,3 persen pada tahun depan seharusnya sejalan dengan belanja pemerintah. Selain itu, daya beli masyarakat sekarang ini seharusnya sudah membaik. 

"Sementara itu belanja pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi masih negatif, harusnya juga harus ikut positif dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi, bukan malah negatif, ini jadi aneh," kata Tauhid Ahmad, Rabu, 17 Agustus 2022.

Tauhid menambahkan, pertumbuhan juga harus dioptimalkan diberbagai sektor. Karena ada beberapa sektor yang pertumbuhannya relatif rendah seperti pertanian, industri, dan pertambangan.

"Padahal sektor tersebut banyak menyerap tenaga kerja," tambahnya.

Tauhid mengkhawatirkan bahwa pertumbuhan perekonomian yang terjadi bukanlah pertumbuhan yang berkualitas.

"Bisa diperkirakan kalau tidak ada upaya yang signifikan dari pemerintah untuk kedepannya mungkin dapat mendorong ekspansi belanja dikuartal 3 yang akan lebih rendah," tutur Tauhid.

Dia juga menyatakan masih adanya awan gelap di tahun depan melihat adanya pengurangan belanja pemerintah di tahun mendatang.

"Untuk tahun 2022 RAPBN diproyeksikan Rp3.100 Triliun sekian, sedangkan untuk 2023 dikurangan menjadi Rp 3.041 Triliun. Memang ini upaya konsolidasi fiskal namun saya kira belanja pemerintah akan menjadi problem kenapa ekonomi tidak bertumbuh di tahun 2023," tandasnya.

Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraannya memaparkan  capaian pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diklaim terus menguat hingga 5,44% di kuartal II-2022. Pemerintah juga manargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada tahun depan.

 sinpo

Komentar: