12 Negara Ini Bernasib Sama dengan Sri Lanka, Terancam Gagal Bayar Utang
SinPo.id - Beberapa negara berkembang menghadapi krisis ekonomi, lantaran gagal bayar utang. Penyebabnya adalah jatuhnya nilai tukar mata uang, tingkat obligasi tinggi, serta cadangan devisa yang menipis.
Sri Lanka, Lebanon, Suriname, Tunisia, dan Zambia sudah dalam keadaan gagal bayar. Belarusia berada di ambang batas, dan belasan negara lainnya berada di zona bahaya. Naiknya biaya pinjaman, inflasi, serta utang mempengaruhi kondisi ini, dan memicu kekhawatiran akan keruntuhan ekonomi global.
Menurut analis, ada US$ 400 miliar utang akibat tingkat obligasi yang tinggi, mencapai 1.000 bps. Adalah Argentina merupakan negara dengan utang paling besar, mencapai US$ 150 miliar. Ekuador dan Mesir menyusul di posisi berikutnya dengan rata-rata utang US$ 40-45 miliar.
Para veteran krisis berharap bisa menghindari gagal bayar utang, terutama jika pasar global tenang dan IMF mendukung. Dikutip dari Reuters, Sabtu (16/7/2022), berikut daftar negara berisiko dan berada di zona bahaya:
1. Argentina
Predikat Argentina sebagai negara dengan gagal bayar utang tertinggi diperkirakan bakal terus meningkat. Di pasar gelap, mata uang Peso diperdagangkan dengan diskon hampir 50%.
Cadangan devisanya-pun sudah sangat rendah, dan obligasi diperdagangkan hanya 20 sen dolar, kurang dari separuh dari yang Argentina lakukan setelah restrukturisasi utang negara 2020.
Memang, Argentina tidak memiliki utang berjumlah besar hingga 2024. Namun, bisa saja utang meningkat apabila gagal membayar Dana Moneter Internasional (IMF).
2. Ukraina
Akibat invasi Rusia, Ukraina harus merestrukturisasi utangnya senilai US$ 20 miliar. Krisis bermula di bulan September, ketika pembayaran obligasi senilai US$ 1,2 miliar jatuh tempo.
3. Tunisia
Beberapa negara di Afrika meminta bantuan kepada IMF. Tetapi, Tunisia nampaknya jadi salah satu negara yang paling berisiko.
Tunisia mengalami defisit anggaran hampir 10%, dan memiliki upah sektor publik tertinggi di dunia. Tingkat obligasi Tunisia meningkat menjadi lebih dari 2.800 bps.
Menurut Morgan Stanley, Tunisia bersama dengan Ukraina dan El Salvador berada di daftar tiga besar kemungkinan gagal bayar utang .
4. Ghana
Pinjaman yang masif membuat rasio utang terhadap PDB Ghana melonjak hampir 85%. Mata uangnya, cedi, kehilangan hampir seperempat nilainya tahun ini
Ghana sudah menghabiskan lebih dari setengah pendapatan pajak untuk membayar bunga utang. Inflasi di negara tersebut sudah mendekati angka 30%.
5. Mesir
Mesir memiliki rasio utang terhadap PDB hampir 95%. Perusahaan dana FIM Partners memperkirakan, Mesir memiliki utang senilai US$ 100 miliar untuk dibayar selama lima tahun ke depan, termasuk obligasi senilai $3,3 miliar pada tahun 2024.
Kairo mendevaluasi pound sebesar 15% dan meminta bantuan IMF pada bulan Maret lalu. Tetapi spread obligasi sekarang lebih dari 1.200 bps.
Francesc Balcells, CIO debt EM di FIM Partners, memperkirakan bahwa sekitar setengah dari US$ 100 miliar yang harus dibayar Mesir pada tahun 2027 adalah untuk IMF atau kebutuhan bilateral di kawasan Teluk. "Dalam kondisi normal, Mesir seharusnya mampu membayar," kata Balcells.
6. Kenya
Kenya menghabiskan sekitar 30% dari pendapatan negaranya untuk pembayaran bunga. Obligasi Kenya telah kehilangan hampir setengah nilainya, dan saat ini tidak memiliki akses ke pasar modal terkait masalah dengan obligasi US$ 2 miliar dolar yang akan jatuh tempo pada tahun 2024.
Mengenai Kenya, Mesir, Tunisia dan Ghana, David Rogovic dari Moody mengatakan, negara-negara ini adalah yang paling rentan dan menghadapi tantangan fiskal dalam hal menstabilkan beban utang
7. Ethiopia
Ethiopia berencana menjadi negara pertama yang mendapatkan keringanan utang di bawah program Kerangka Kerja Umum G20. Perang saudara yang terjadi di Ethiopia menghambat kemajuan negara tersebut. Hingga sekarang, Ethiopia masih harus mengurusi satu-satunya obligasi internasionalnya sebesar US$ 1 miliar.
8. El Salvador
Membuat tender legal bitcoin menutup pintu bagi harapan IMF. Kepercayaan telah jatuh ke titik di mana obligasi US$ 800 juta yang jatuh tempo dalam enam bulan diperdagangkan dengan diskon 30%, dan obligasi jangka panjang dengan diskon 70%.
9. Pakistan
Pakistan mencapai kesepakatan penting dengan IMF minggu ini. Harga impor komoditas energi yang tinggi mendorong negara itu ke ambang krisis neraca pembayaran.
Cadangan mata uang asing menipis ke level US$ 9,8 miliar, diperkirakan tidak cukup untuk impor selama lima minggu. Rupee Pakistan melemah ke rekor terendahnya.
10. Belarus
Sanksi yang ditetapkan Barat membuat Rusia mengalami gagal bayar bulan lalu. Kini, Belarus mendapat perlakuan yang sama karena mendukung posisi Moskow dalam konflik di Ukraina.
11. Ekuador
Negara Amerika Latin itu sebenarnya hanya gagal bayar dua tahun lalu. Namun, Ekuador kembali diguncang ke dalam krisis oleh protes keras dan upaya untuk menggulingkan Presiden Guillermo Lasso.
Ekuador mencatatkan utang yang cukup banyak sebab pemerintah memberikan banyak subsidi, termasuk bahan bakar dan makanan. JPMorgan telah menaikkan perkiraan defisit fiskal sektor publiknya menjadi 2,4% dari PDB tahun ini dan 2,1% tahun depan. Sementara spread obligasi telah mencapai 1.500 bps.
12. Nigeria
Spread obligasi Nigeria sebenarnya hanya sekitar 1.000 bps. Nigeria juga memiliki beban obligasi US$ 500 juta yang jatuh tempo dalam waktu setahun, yang harusnya bisa ditutupi oleh cadangan devisa yang meningkat sejak juni.
Meski demikian, Nigeria menghabiskan hampir 30% dari pendapatan pemerintah untuk membayar bunga atas utang luar negerinya.