Menkes Dorong Riset Kampus Hasilkan Inovasi Berbasis Industri
SinPo.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin hadir dalam Forum Group Discussion Senat Institut Teknologi Bandung (ITB). Acara ini digelar di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Kamis, 14 Juli 2022.
Menkes menjelaskan bahwa dalam kerangka pengembangan riset inovasi di perguruan tinggi, kampus tidak dapat bekerja sendiri. Menurutnya, diperlukan link and match dengan kebutuhan para pelaku industri.
Cara ini, jauh lebih efisien dan efektif untuk menghasilkan riset inovasi yang berkelanjutan serta menghasilkan kebijakan, teknologi maupun dampak yang luas dan nyata untuk masyarakat.
“Sejak awal harus link dan match dengan industri. Karena critical treeshold ada disitu, kalau itu tidak ada begitu masuk industri jadi jatuh. Itu yang harus di match di awal, kalau match di ujung pada akhirnya gabisa berkembang. Makanya kita mau bangun ekosistem kedekatan antara industri dengan perguruan tinggi, lebih bagus lagi kalau bisa bekerjasama,” ujar Budi dalam keterangan tertulisnya.
Budi juga menekankan pentingnya penentuan prioritas riset. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan riset inovasi dengan kebutuhan yang ada, sehingga nantinya hasil riset dapat tepat sasaran dan tepat guna.
Menkes mencontohkan saat ini pemerintah tengah fokus pada penanganan empat penyakit penyebab kematian sekaligus pembiayaan tertinggi di Indonesia. Keempatnya yakni jantung, kanker, stroke dan ginjal.
Keempat penyakit tersebut tengah menjadi concern lantaran menjadi beban ganda pemerintah disamping penyakit menular lainnya seperti Covid-19, TBC, dan HIV AIDS. Ditambah, riset-riset terhadap penanganan penyakit tersebut masih terbatas.
Dengan kondisi yang ada, Budi mendorong agar inovasi riset mengarah pada alat-alat kesehatan yang sifatnya promotif dan preventif serta mampu melakukan deteksi dini. Langkah ini, biayanya jauh lebih murah dibandingkan penanganan kuratif atau penanganan di rumah sakit.
“Kesinambungan inilah yang ingin kita bangun. Jadi dari perguruan tinggi bisa membaca apa yang menjadi prioritas dan kebutuhan yang mendesak saat ini. Karena kalau intervensinya diarahkan ke rumah sakit anggaran akan semakin banyak, untuk itu baiknya di ganti promotif preventif,” katanya.
Budi berharap peluang ini harus bisa dioptimalkan oleh perguruan tinggi, guna menghasilkan penelitian yang mampu menjawab persoalan bangsa maupun global, saat ini maupun dimasa depan.
Sementara itu, Ketua Senat Akademik ITB, Hermawan Kresno Dipojono menyebutkan akan segera menindaklanjuti arahan dan masukan dari Menkes. Pihaknya akan melakukan sinkronisasi dan kolaborasi dengan pemerintah serta pelaku industri guna menghasilkan penelitian yang bersifat dari hulu ke hilir, sehingga penelitian menghasilkan produk atau jasa yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
“Kita dari ITB mencoba melakukan sinkronisasi. Solusinya kita harus mulai dari awal. Jadi sebelum kita menarget sesuatu kita harus match dengan industri, jadi universitas tidak bisa bekerja sendiri. Supaya bisa memenuhi kriteria kemenkes dalam pemenuhan alkes,” kata Hermawan.

