Penurunan Konsumsi Rumah Tangga Jadi Indikator Mengukur Daya Beli

Laporan:
Jumat, 06 Oktober 2017 | 19:33 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode kuartal II tahun 2017 tercatat 5,01 persen. Menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berada di angka 5,18 persen.

"Memang sedang terjadi distorsi pada daya beli masyarakat. Itu tak bisa dibantah. Dan atas hal tersebut, pemerintah jangan tiba-tiba menjawabnya dengan enteng bahwa hal tersebut adalah politisasi. Pemerintah mustinya lebih peka dan tidak anti-kritik," ujar Heri Gunawan melalui keterangan tertulisnya, Jumat (6/10/2017).

Menurut Heri, Penurunan daya beli masyarakat ini ditandai oleh indikator konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2017 mencapai 4,95 persen, naik tipis dari kuartal sebelumnya yang berada di angka 4,94.

Akan tetapi bila dilihat angka 4,95 tersebut terjun bebas pada periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 5,07 persen.

Tak hanya terlihat pada banyak tutupnya gerai-gerai retail, Lesunya transaksi jual beli pun dirasakan oleh warung-warung kopi dengan segmen pasar anak-anak muda. Kalangan remaja dan pemuda kelas menengah bawah memiliki batas kemampuan beli yang merosot, bahkan hanya untuk menikmati kopi.

Bukti penjualan yang menurun juga terjadi di masa jelang hari raya lalu di pusat perbelanjaan tekstil Tanah Abang, Jakarta Pusat. Penjualan rata-rata pedagang Tanah Abang diprediksi melorot sampai 30 persen dibanding tahun lalu. Kemerosotan 50-70 persen dikabarkan terjadi merata di Blok A, B dan F.

"Itu semua adalah fakta yang tak mungkin bisa berbohong," tegas Heri.

"Yang jelas, bagaimanapun fakta dari data BPS dan di lapangan bahwa daya beli memang menurun. Pemerintah sebaiknya memastikan tidak adanya distorsi pada daya beli masyarakat yang ditunjukkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga," pungkasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI