Rezim Jokowi Bisa Tumbang Bukan Karena Utang Menggunung, Tapi Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok

Laporan: Tri Bowo Santoso
Senin, 11 Juli 2022 | 11:45 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

SinPo.id - Meski utang Indonesia saat ini sudah mencapai lebih dari Rp 7 ribu triliun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap tak akan bisa bernasib sama dengan Presiden Sri lanka Gotabaya Rajapaksa yang dipaksa mundur oleh masyarakatnya.   

Menurut Direktur Eksekutif Lanskap Politik Indonesia, Andi Yusran, angka utang Indonesia yang tinggi tidak akan berdampak pada peluang kejatuhan rezim. Alasannya, pemerintah punya argumentasi masih dalam batas toleransi jika dibandingkan dengan cadangan devisa.

"Artinya peluang jatuhnya Jokowi sebagai imbas dari utang yang kemudian berdampak kepada people power adalah relatif kecil," ujar Andi, Senin (11/7/2022).

Justru, kata Andi, persoalan yang berpeluang menjatuhkan rezim Jokowi dari kekuasaan adalah imbas dari krisis harga kebutuhan pokok dan energi yang akhir-akhir ini merangkak naik.

Doktor Politik Universitas Padjajaran melihat ketidak percayaan publik terhadap rezim makin menguat apabila pemerintah tidak segera menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok dan energi (BBM dan listrik).

"Pemerintah (Jokowi) harusnya berkaca kepada rezim orde baru tumbang diawali dengan kenaikan harga kebutuhan pokok terutama energi waktu itu," tandas Andi.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI