Ini Pembahasan Panja Investasi GoTo Yang Selama Ini Jadi Pertanyaan Publik

Laporan: Sinpo
Minggu, 26 Juni 2022 | 15:25 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/wikipedia.org)
Ilustrasi (SinPo.id/wikipedia.org)

SinPo.id -  Panitia Kerja (Panja) Investasi pada Perusahaan Digital  atau GoTo , Komisi VI DPR RI akan fokus dua hal pembahasan kerugian investasi dalam bentuk unrealized loss dan potensi moral hazard berupa konflik kepentingan.

“Yang kita tanyakan, kita harus merunut dari awal, mulai dari proses pengambilan keputusan dari Telkomsel seperti apa sampai mereka bisa memutuskan investasi di GoTo,” ujar Anggota Komisi VI DPR RI, Muhammad Husein Fadlulloh, Jumat (24/6).

Menurut Husein, rapat Panja Investasi GoTo baru memanggil direksi PT Telkom Indonesia dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).  “Pembahasan ini direncanakan berlangsung selama dua kali masa sidang DPR RI sebelum akhirnya mengeluarkan rekomendasi kepada pemerintah,” kata Husein menambahkan.

Terkait adanya unrealized loss sebesar Rp881 miliar, Husein menjelaskan pergerakan saham sangat fluktuatif tergantung perbandingan tahun pencatatan keuangannya. Sebab, yang disebutkan unrealized loss dalam pembelian saham tersebut hanya dilihat pada saat laporan keuangan PT Telkom kuartal I 2022 saat harga saham Rp338 per lembar, yang dibandingkan dengan laporan akhir tahun Desember 2021.

“Saat itu harga saham nilainya mencapai Rp375 per lembar. Walaupun mereka belum menjual. Makanya itu loss yang belum terealisasi kalau mereka menjual baru itu rugi, bukan unrealized,” ujar Husein menjelaskan.

Sedangkan periodisasi fluktuasi saham lebih panjang, yaitu saat PT Telkomsel melakukan investasi ke Gojek per Mei 2021 maka dapat dinilai mendapatkan unrealized gain yang diperoleh anak perusahaan PT Telkom tersebut.

Ia menjelaskan, pembelian saham tersebut saat di harga Rp270 per lembar. Sedangkan, dalam perjalannya pasca merger dengan Tokopedia menjadi PT GoTo, terjadi kenaikan valuasi saham menjadi Rp375 per lembar yang dicatatkan pada akhir Desember 2021. Sehingga, terdapat unrealized gain sebesar Rp2,4 triliun.

“Jadi saat kita rapat itu bahkan harga sahamnya sedang naik. Mereka mengatakan ini unrealized gain. Sehingga, ini strategi peluang sinergi dan kolaborasi ke depan dan mereka jelaskan semuanya sudah ikuti tata kelola yang baik,”   kata Husein menjelaskan.

Husein mengakui sepanjang akhir Desember 2021 hingga Kuartal I 2022 terjadi banyak bubble  atau krisis di perusahaan start-up teknologi. Sehingga, harga saham dan valuasi perusahaan tertekan hebat di banyak negara.

Dampaknya, terjadi banyak lay-off karyawan, berupa pengurangan, pemotongan gaji, dan sebagainya. Sedangkan  adanya dugaan konflik kepentingan, sebagaimana informasi yang didapatkan bahwa kebijakan aksi korporasi ini telah sesuai dengan prosedur dan peraturan, baik dari OJK, Bursa Efek, AD/ART perusahaan.  “Mereka jawabnya begitu,” katanya.

 sinpo

Komentar: