Putaran Kedua Pilkada DKI, Kekuatan Lobi Penentu Kemenangan

Laporan:
Kamis, 16 Februari 2017 | 18:29 WIB

JAKARTA-Penentu kemenangan pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta terletak pada kemampuan lobi-lobi politik dari dua pasang kandidat yang tersisa yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Karena itu diperlukan skill untuk manuver tersebut.? "Apalagi selisih suara Ahok dan Anies hanya terpaut dikisaran angka 2 persen," kata Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno kepada sinpo.id, Jakarta, Kamis (16/02/2017).

Menurut Adi, hasil hitung cepat (quick count) sejumlah survei di Pilkada DKI putaran pertama kemarin, menempatkan Ahok dan Anies masuk putaran kedua. Jika dilihat peta politiknya, Adi mengatakan, kekuatan keduanya relatif berimbang. "Penentu kemenangan terletak pada sejauh mana kemampuan keduanya meraih suara pendukung Agus-Sylvi yang mencapai 17 %," ujarnya.

Adi menyebutkan ada sejumlah kemungkinan yang bisa saja terjadi di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta nanti. Kemungkinan Pertama, Adi menjelaskan, secara umum kedua pasangan calon (paslon) yang tersisa relatif berimbang untuk mendapat limpahan suara pendukung Agus-Sylvi. "Tergantung seberapa kuat lobi, penetrasi, dan kesamaan visi misi Anies-Ahok cocok dengan pemilih Agus. Ini tak mudah tentunya," ujarnya.

Lalu yang Kedua, lanjut Adi, kemungkinan pemilih Agus-Sylvi lebih cenderung akan beralih ke Anies-Sandi. Sebab, menurutnya, pemilih Agus dan Anies memiliki irisan yang senafas, yakni sama-sama pemilih Islam yang semangat melawan Ahok atau Asal Bukan Ahok. "Meski begitu, problemnya terletak pada corak keberagamaan pemilih Islam antar masing-masing parpol yang berbeda. Bukan rahasia umum jika corak keberagamaan pemilih PAN, PKB, PPP, dan PKS beda-beda. Meski sesama muslim, acap kali tafsir keislaman mereka tak sama. Anies harus mampu mengkomunikasikan corak pemilih muslim yang berbeda ini," katanya.

Kemudian yang Ketiga, Adi menuturkan, jika melihat kedekatan sejumlah parpol pengusung Agus-Sylvi seperti PAN, PKB, dan PPP, cukup terbuka lebar mereka akan beralih bergabung ke Ahok-Djarot yang disokong koalisi pemerintah saat ini. Artinya, mayoritas partai penyokong Agus-Sylvi memiliki riwayat yang sama, yakni sama-sama partai penyokong pemerintah. "Cuma problem-nya, jika ini yang terjadi (PAN, PKB, dan PPP gabung ke Ahok) kemungkinan akan terjadi konflik batin antara partai dengan konstituen mereka. Sebab, mayoritas pemilih mereka 'Anti Ahok' yang dianggap menista agama. Pada titik inilah, soliditas partai-partai ini diuji untuk menertibkan pendukungnya," ujarnya.

Sedangkan kemungkinan yang Keempat dan terakhir, Adi menambahkan, ialah munculnya alasan pragmatis yang bisa membuat partai pengusung Agus-Sylvi akan berlabuh ke calon mana. "Dan itu sesuatu hal yang wajar dalam kekuasaan," ungkapnya.

TAG:
BERITALAINNYA
BERITATERKINI