Dubes China: Ukraina Harus Jadi Jembatan Timur Dan Barat, Bukan Pasang Badan Untuk Konfrontasi
SinPo.id - Duta Besar Tiongkok untuk Urusan Perlucutan Senjata Li Song, mengatakan bahwa Ukraina harus menjadi jembatan antara Timur dan Barat, bukan pasang badan untuk konfrontasi antara negara-negara besar.
Situasi di Ukraina berekskalasi dengan pesat dan Tiongkok sangat memperhatikan setiap perkembangannya, kata Li ketika memberi pengarahan pada pertemuan pleno Konferensi Perlucutan Senjata tentang posisi Tiongkok, di Jenewa, melansir Xinhua News, Sabtu (5/3).
Situasi saat ini di Ukraina tidak untuk kepentingan pihak mana pun, lanjutnya, seraya menambahkan bahwa Tiongkok selalu membentuk posisinya sendiri sesuai dengan manfaat dari masalah yang ada, dan posisi dasar Tiongkok dalam isu Ukraina adalah konsisten dan tegas.
“Kami selalu percaya bahwa kedaulatan dan integritas teritorial semua negara harus dihormati, dan bahwa perselisihan internasional harus diselesaikan secara damai sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB,” tegasnya.
"Prioritas langsung adalah untuk mencegah memburuknya situasi lebih lanjut, sambil meningkatkan upaya diplomatik untuk solusi politik," ujar Li.
Li mengatakan bahwa dalam putaran pertama negosiasi mereka, Rusia dan Ukraina telah menunjukkan kesediaan mereka untuk melanjutkan pembicaraan, dan Tiongkok menyambut baik hal ini.
Li melanjutkan, menghadapi situasi yang sangat kompleks dan sensitif, Tiongkok tidak mendukung pendekatan apa pun yang dapat memperburuk ketegangan, dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mematuhi prinsip penyelesaian politik dan menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk dialog langsung antara pihak-pihak terkait.
Isu Ukraina tidak muncul dalam semalam, tetapi berasal dari interaksi berbagai faktor dalam jangka panjang, kata diplomat itu. “Perang Dingin telah lama berakhir, dan Perang Dingin baru tidak akan dikenal.”
"Menekan secara membabi buta dan menjatuhkan sanksi serta menciptakan perpecahan dan konfrontasi hanya akan semakin memperumit situasi, dan menghasilkan dampak negatif yang cepat dari krisis, dan bahkan mempengaruhi lebih banyak negara," kata Li memperingatkan.
Penyelesaian akhir dari krisis Ukraina mengharuskan kita meninggalkan mentalitas Perang Dingin, logika keamanan "zero sum", dan pendekatan untuk mencari keamanan regional dengan memperluas blok militer, tegasnya.
Dia menyoroti pentingnya untuk memberikan perhatian penuh dan menghormati masalah keamanan yang sah dari semua negara, dan atas dasar itu untuk membangun mekanisme keamanan Eropa yang seimbang, efektif, dan berkelanjutan melalui dialog, agar mencapai perdamaian dan stabilitas abadi di benua Eropa.
Tiongkok menganjurkan konsep keamanan bersama, komprehensif, kooperatif, dan berkelanjutan, tuturnya.
“Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab, dan mendorong pihak-pihak terkait untuk segera kembali ke jalur penyelesaian politik, dan menggunakan dialog dan konsultasi untuk mencari solusi komprehensif untuk isu Ukraina. Tiongkok siap melanjutkan peran konstruktifnya dalam hal ini,” ujar Li menyimpulkan.

