Aset Rp 128,3 Triliun Disita Amerika, Afghanistan Makin Porak-poranda
SinPo.id -
Aset Rp 128,3 Triliun Disita Amerika, Afghanistan Makin Porak-poranda
Ribuan warga Afganistan menggelar aksi unjuk rasa di ibu kota Kabul mengecam keputusan Amerika Serikat (AS) belum lama ini terkait aset Afganistan yang dibekukan. Mereka menuding tindakan Amerika itu sebagai tindakan "pencurian" yang tidak adil dan terang-terangan.
Karena itu, mereka menyerukan kepada Washington agar mengembalikan aset senilai lebih dari 9 miliar dolar AS (Rp128,3 triliun) itu kepada negara yang porak-poranda akibat perang tersebut.
Saat unjuk rasa berlangsung pada Selasa (15/2), lalu, mereka nampak membawa spanduk dan poster bertuliskan slogan-slogan "Biden Pencuri Dunia 2022", "AS menghancurkan Afganistan " dan "Amerika harus mengembalikan aset Afganistan ".
Aksi unjuk rasa itu dimulai dari pasar penukaran uang utama Sarai Shahzada dan berakhir damai di depan kantor Misi Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Afganistan (UN Assistance Mission in Afganistan /UNAMA).
Para pengunjuk rasa menuntut pengembalian tanpa syarat semua aset bank sentral Afganistan yang telah dibekukan oleh AS menyusul pengambilalihan kekuasaan di negara Asia Tengah tersebut oleh Taliban pada pertengahan Agustus 2021.
Unjuk rasa itu digelar sebagai tanggapan atas perintah eksekutif yang baru-baru ini diteken oleh Presiden AS Joe Biden. Dia mengalihkan 3,5 miliar dolar AS (Rp49,9 triliun) dari aset Afganistan yang dibekukan itu kepada para keluarga korban serangan teror 9/11.
Pada akhir unjuk rasa tersebut, para pemrotes mengeluarkan deklarasi yang menyebut bahwa keputusan AS itu sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan bertekad melanjutkan aksi demonstrasi hingga perintah tersebut dicabut.
Hajj Mir Afghan Safi, kepala serikat agen penukaran uang Sarai Shahzada, mengatakan bahwa rakyat Afganistan berunjuk rasa di hampir semua kota besar pada Selasa, yang menuntut pengembalian aset Afganistan .
Nasir Ahmad, seorang agen penukaran uang, menuturkan, "Uang itu milik rakyat Afganistan yang kelaparan dan harus dikembalikan kepada warga Afganistan . Dekret Presiden Biden terkait aset itu merupakan hal yang tidak adil."
Pembekuan aset bank sentral Afganistan oleh AS dipandang luas sebagai faktor utama yang menyebabkan krisis ekonomi dan bencana kemanusiaan saat ini di negara berpenduduk sekitar 39 juta jiwa yang dilanda perang itu.
Wakil juru bicara pemerintahan pimpinan Taliban Inammullah Samangani dan mantan presiden Afganistan Hamid Karzai baru-baru ini mengecam keputusan Biden sebagai hal yang tidak adil dan menuntut pengembalian aset yang dibekukan tersebut kepada Afganistan.

