TransJakarta Disarankan Hapus Apel Pengemudi Jam 3 Pagi
SinPo.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyarankan manajemen TransJakarta meniadakan apel pagi pukul 03.00 WIB untuk pengemudi sif pertama.
Hal ini penting dalam rangka mencegah kelelahan para pengemudi.
Saran tersebut disampaikan Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono berdasarkan hasil ivestigasi yang digelar terkait sejumlah kecelakaan yang kerap melibatkan bus TransJakarta.
"Pengemudi yang masuk sif pertama harus apel jam 3 pagi. Ini menjadi penanganan khusus. Bermanfaat tidak? Kalau bermanfaat lakukan, karena apel ini bisa memakan waktu seperempat jam," kata Soerjanto Tjahjono dalam acara FGD yang digelar oleh Dewan Transportasi Kota Jakarta secara virtual pada Rabu (9/2)
Soerjanto mengatakan apel pada pukul 03.00 WIB tersebut bisa memakan waktu 15-30 menit sebelum pengemudi memulai pekerjaan.
Pengemudi yang mendapat sif pertama berpotensi mengalami kelelahan dan kurang konsentrasi jika tidak mendapatkan kualitas istirahat yang baik. Umumnya, waktu tidur lelap (deep sleep) manusia berkisar antara pukul 23.00-04.00 WIB.
Oleh karena itu, jika apel tidak terlalu dibutuhkan, pengemudi bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat. Apalagi jika pengemudi yang berdomisili jauh dari terminal keberangkatan bus, sehingga harus bangun jauh lebih awal.
"Kalau tidak mengalami deep sleep antara waktu tersebut, kita bangun kekurangan hormon melatonin, sehingga kebugaran tidak sempurna, kualitas istirahat berkurang. Itu perlu menjadi perhatian khusus," ujarnya.
Selain itu, Soerjanto mengungkapkan dihapusnya petugas pembantu pengemudi menyebabkan beban pengemudi semakin bertambah. Padahal seharusnya pengemudi berkonsentrasi untuk mengemudi dan berhenti di halte tujuan.
"Kami lihat di beberapa halte TransJakarta gap-nya cukup besar dan fungsi pembantu pengemudi ini dengan kondisi halte yang seperti itu sangat vital keberadaannya," ungkap Soerjanto.
Dari hasil investigasi menyeluruh terhadap operasional TransJakarta, KNKT menemukan waktu kerja total pengemudi juga melebihi batas jam kerja maksimum.
"Kami melihat pada visi misi perusahaan belum tercermin mengenai aspek keselamatan, lebih kepada kenyamanan, kebersihan. Justru aspek keselamatan ini tidak tergambar dalam visi misinya," tukas Soerjanto.
KNKT juga mencatat pola perencanaan operasional bus TransJakarta terlalu dinamis karena diatur berdasarkan harian.
Perencanaan tersebut dinilai terlalu dinamis dan berdampak pada penyiapan kendaraan yang lebih sulit. Oleh karena itu, KNKT merekomendasikan penetapan bus operasional dalam jangka waktu yang lebih lama, seperti satu bulan.
"Minimum jangan harian, karena akan menyulitkan semua, pengaturan router dan pengemudi, jumlah bus yang beroperasi, serta penyiapan-penyiapan lain untuk mendukung operasional ini akan sangat sulit jika dalam bentuk harian," tukas dia.

