Mencuat Dugaan Mafia Karantina! Bukhori: Berantas Hingga Ke Akar-akarnya
SinPo.id - Kabar mencuat dugaan adanya mafia karantina hotel yang mengorbankan Warga Negara Indonesia (WNI) pelaku perjalanan internasional menjadi sorotan Anggota Komisi VIII DPR, Bukhori Yusuf.
Bukhori mendesak Pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan karantina selama ini. Dia meminta manajemen kebijakan karantina oleh Satgas Covid-19 dilakukan secara transparan.
Menurutnya, kebijakan isolasi terpusat (isoter) atau karantina di hotel tidak dikonsentrasikan di hotel tertentu demi menghindari tudingan adanya ‘main mata’ antara petugas satgas dan pelaku bisnis.
“Jangan hanya hotel dengan peringkat tertentu saja. Kami memandang yang benar-benar diperlukan adalah ketersediaan fasilitas isolasi yang memadai dan kemudahan bagi pendatang internasional untuk mengakses karantina yang sesuai dengan kemampuan budget," ujar Bukhori dalam keterangannya, Sabtu (18/12).
Politisi PKS itu mengungkapkan dirinya mendukung karantina sebagai suatu aturan wajib ditegakkan, akan tetapi jangan ada upaya memeras, tipu daya, maupun penetapan secara sepihak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga menodai kebijakan penanganan pandemi,” tukasnya.
"Tidak semua WNI yang tiba dari luar negeri memiliki kemampuan finansial yang memadai. Memaksa WNI, khususnya yang berkemampuan ekonomi lemah, untuk mengambil paket karantina yang terlanjur dipatok dengan harga tinggi adalah tindakan yang tidak manusiawi," katanya.
Lebih lanjut, Dia mengatakan alih-alih memperoleh simpati dari masyarakat, kebijakan mitigasi risiko ini justru akan mendulang kecaman, tidak hanya dari WNI, tetapi juga dari WNA sehingga menimbulkan citra buruk di mata internasional.
Bukhori menjelaskan, pihaknya di Komisi VIII DPR RI sebenarnya telah mendesak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selaku unsur Satgas Covid-19 untuk membereskan praktik mafia karantina tersebut saat Rapat Kerja yang lalu.
“Kami meminta BNPB selaku unsur strategis dalam Satgas Covid-19 untuk segera menindaklanjuti dugaan ini. Segera lakukan evaluasi dan koreksi secara menyeluruh terhadap temuan yang dinilai menyimpang. Jika benar terbukti, praktik mafia karantina ini mesti segera diberantas dari akar hingga pucuknya!” jelasnya.
Dia juga meminta BNPB untuk menjelaskan secara wajar dan terbuka harga semua hotel yang telah ditetapkan untuk menjadi tempat karantina.
“Jangan sampai orang itu hanya dikebiri atau laiknya membeli kucing dalam karung. Itu tidak tepat dan tidak wajar. Dalam situasi mencekam seperti ini yang terdampak keras akibat pandemi itu rakyat, bukan hanya pengusaha saja,” tegasnya.
Menurutnya, regulasi yang berorientasi pada perlindungan dan keselamatan rakyat tidak boleh dinodai dengan masuknya pengaruh kartel. Keberadaan kartel terbukti menimbulkan masalah baru, karena patut diduga menjadi penyebab melonjaknya tarif hotel di atas harga wajar.
“Tarif hotel yang awalnya Rp600.000 per malam atau atau Rp350.000 per malam meroket menjadi Rp800.000 hingga Rp1.200.000 dan seterusnya. Ini tidak bisa dilihat semata-mata tentang persoalan tarif hotel yang membuat kita mengernyitkan kening, tetapi di balik itu patut diduga ada kartel yang ikut bermain, ada calo. Calo yang tidak resmi sehingga membuat rakyat semakin menjerit," terangnya.
Dirinya menggarisbawahi, hal yang pihaknya tentang adalah praktik lancung dibalik kebijakan pandemi sehingga berdampak pada bertambahnya beban rakyat. Walaupun demikian, dirinya juga meyakini bahwa masih ada pelaku bisnis yang mengutamakan praktik jujur dan transparan walaupun bisnis belum sepenuhnya pulih.
"Saya berharap masalah tersebut segera diakhiri, dan saya mendukung kinerja rekan media untuk mengekspos isu ini hingga menjadi perhatian banyak pihak,” tutupnya.
Sebelumnya, Bukhori menerima laporan adanya tindakan penentuan hotel tertentu yang dilakukan sepihak oleh oknum petugas di bandara kepada pelaku perjalanan internasional setibanya mereka di bandara.