Ini Tanggapan Psikolog Terkait Kebijakan 5 Hari Sekolah

Laporan:
Senin, 14 Agustus 2017 | 16:19 WIB
Foto: Ilustrasi - Istimewa
Foto: Ilustrasi - Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Terkait Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 yang telah menambah waktu pelajaran akademik, dan non akademik  siswa  dari sekitar lima hingga enam jam, menjadi delapan jam, harus dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang beragam.

Menurut Wiwit Permatasari selaku pemerhati anak dan Psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati mengatakan, bermanfaat atau tidaknya diterapkan Permendikbud No.23 tahun 2017 itu tergantung pada beberapa hal, yaitu usia anak, kesiapan sumber daya manusia (SDM) di sekolah, kegiatan-kegiatan yang bervariasi dan mencakup berbagai aspek secara seimbang, serta sarana yang memadai.

Untuk usia anak remaja, Wiwit menilai kebijakan lima hari sekolah menjadi lebih bermanfaat, karena kebutuhan anak remaja untuk belajar dan berkumpul dengan teman-temanyanya lebih besar. Sedangkan pada anak balita dan usia SD, justru lebih membutuhkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Menurutnya waktu belajar anak SD sebaiknya tidak selama itu. Kesiapan SDM pun harus diperhatikan juga.

Ia beranggapan, bahwa para guru sebaiknya dibekali dengan ilmu parenting agar dapat menjalankan peran pengasuhan yang baik dan menyenangkan.

“Dengan jam belajar yang lebih lama tentu dibutuhkan SDM yang akan mendampingi anak selama di sekolah. Sebaiknya bukan hanya guru-guru mata pelajaran, tetapi juga fasilitator untuk kegiatan pendukung. Untuk pengembangan bidang lain seperti olahraga, seni, live skill dan lain-lain. Selain itu para SDM pendamping anak di sekolah harus dibekali dengan ilmu parenting, agar dapat menjalankan peran pengasuhan yang baik dan  menyenangkan,” katanya saat dihubungi oleh sinpo.id. Jakarta, Senin (14/8/2017).

“Selain daya pikir, sebenarnya anak membutuhkan pengembangan di berbagai aspek lain seperti fisik, emosi, sosial, keimanan, kepribadian, akhlak, ibadah, keterampilan dan psikoseksual. Semua aspek itu selayaknya dapat secara seimbang di kembangkan. Bila anak berada di sekolah dalam waktu yang lebih lama, tentu sebaiknya juga disiapkan kegiatan untuk pengembangan aspek lain, bukan hanya aspek daya pikirnya saja. Kalau pagi sampai siang hari digunakan untuk kegiatan akademik, maka di siang sampai sore hari dapat digunakan untuk kegiatan non akademik, seperti mengaji, latihan olahraga, dan lain-lain,” lanjutnya.

Wiwit beranggapan, sebetulnya ia dan pemerhati anak lainya lebih mendukung program Half Day School. Karena, sebagai anak-anak tentunya perlu waktu lebih untuk berinteraksi dengan orang tua, terutama untuk anak balita dan  anak sekolah dasar.

“Karena anak-anak perlu waktu untuk bertemu orang tua, berbincang, bermain bersama teman dan mengembangkan diri di bidang non akademik.  Demikian juga para guru yang juga perlu waktu untuk keluarganya lebih banyak. Bila anak lebih lama di sekolah tentu waktu bersama orang tua akan berkurang. Guru pun juga begitu, waktu bersama keluarganya menjadi lebih sedikit,” tutupnya kepada.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI