Pemerintah Tarik Rem Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Vaksin Astrazeneca

Oleh: Rere
Senin, 19 April 2021 | 10:14 WIB
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.(Instagram/@budigunadisadikin)
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.(Instagram/@budigunadisadikin)

sinpo, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memutuskan untuk menarik rem dalam penggunaan vaksin AstraZeneca di Indonesia. Hal ini lantaran banyaknya kasus pembekuan darah di negara-negara Eropa setelah menyuntikan vaksin AstraZeneca.

"Jadi sekarang kita agak rem karena ada hambatan yang untuk AstraZeneca," ujar Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin saat meninjau vaksinasi covid-19 untuk para seniman dan budayawan digelar di Galeri Nasional Indonesia, Gambir, Senin (19/4/2021).

Meski ada pengereman, Budi memastikan bahwa ketersediaan vaksin di dalam negeri cukup. Sebab, vaksin yang digunakan di Indonesia bukan hanya AstraZeneca.

Lebih jauh Budi menjelaskan, vaksin yang digunakan di dalam negeri bersumber dari empat negara. Ada yang dari China, dari London, Amerika, dan Jerman-Amerika.

"Jadi kalau ada satu yang terganggu yang lainnya insyaallah lancar," pungkas Budi.

Budi menambahkan, pada Minggu, (18/4/2021) kemarin, Pemerintah kembali menerima tambahan 6 juta bulk vaksin covid-19 di terminal kargo Bandara Soekarno Hatta.

Kedatangan bulk vaksin ini merupakan kedatangan yang kedelapan, sebagai bagian dari 140 juta dosis vaksin sinovac yang akan dikirim tahun ini.

Dengan demikian, total yang sudah dierima dari Sinovac sebanyak 59,5 juta bulk vaksin atau kalau sudah dikonversi menjadi dosis akan jadi sekitar 46 sampai 47 juta dosis.

Adapun, vaksin bulk yang telah diproses oleh PT Biofarma menjadi vaksin jadi sebanyak 22 juta dosis. Vaksin tersebut telah didistribusikan ke seluruh daerah di Indonesia demi mempercepat cakupan vaksinasi bagi 181,5 juta penduduk Indonesia.

Sebagai informasi, vaksin AstraZeneca beberapa waktu belakangan menjadi buah bibir karena dalam beberapa kasus menyebabkan pembekuan darah. Baru-baru ini, vaksin buatan Johnson & Johnson (J&J) juga diketahui menimbulkan efek serupa.

Pada hari Rabu (14/4/2021), Amerika Serikat menghentikan vaksinasi menggunakan vaksin J&J sambil menunggu penelitian lebih lanjut terkait pembekuan darah. Di banyak negara Eropa, penggunaan vaksin AstraZeneca juga mulai ditangguhkan.

Namun tidak dengan di Indonesia. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, dalam keterangan yang dibagikannya Jumat, mengatakan vaksinasi tetap berlanjut tanpa perubahan. Dia hanya meminta tenaga kesehatan memperhatikan peringatan pada label vaksin sebelum penyuntikan.

"Sekarang kita tambahkan warning dan statement fact sheet informasi pada tenaga kesehatan yang akan menggunakan AstraZeneca agar berhati-hati dengan risiko yang dikaitkan dengan kejadian trombosis," kata Penny secara daring.

Penny mengatakan, tenaga kesehatan harus memperhatikan informasi warning itu untuk seleksi atau skrining orang yang akan disuntikkan vaksin tersebut. Namun dia juga menambahkan bahwa kejadian pembekuan atau penggumpalan darah penerima vaksin AstraZeneca di negara-negara, atau secara internasional, termasuk kejadian yang sangat jarang.

"Karena kan memang dampak di tiap manusia bisa berbeda-beda saat menerima vaksin dan jenis vaksin yang berbeda juga akan memberikan efek yang berbeda," ujarnya.sinpo

Komentar: