KPAI Paparkan Tiga Solusi Anak Terjauh dari Rekrutmen Jaringan Terorisme
SinPo.id - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memaparkan tiga langkah yang harus dilakukan keluarga agar anak terhindar dari praktik rekrutmen jaringan terorisme di ruang digital. Pertama, pihak keluarga harus membangun komunikasi yang terbuka dan penuh kepercayaan agar anak merasa aman bercerita tentang apa yang ia lihat di internet.
"Langkah kedua, keluarga mengawasi grup-grup pertemanan anak di media sosial, memastikan bahwa grup itu benar-benar terkait dengan kegiatan keluarga, sekolah, atau aktivitas belajar," kata Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah kepada SinPo.id, Kamis, 20 November 2025.
Langkah ketiga, pihak keluarga rutim melakukan pengecekan gadget anak secara berkala, termasuk jejak percakapan, aplikasi, dan riwayat pencarian di internet.
"Dengan pendekatan ini, tetap menghormati hak anak, tetapi memberikan perlindungan yang memadai," ujarnya.
Selain penguatan keluarga, kata dia, pemerintah juga perlu memastikan bahwa seluruh regulasi dan kebijakan perlindungan anak di dunia digital berjalan secara efektif. Termasuk Undang-undang dan peraturan yang ada harus diimplementasikan oleh pemerintah.
"Regulasi untuk melakukan take down terhadap konten, platform yang berbahaya bagi anak menjadi sangat penting di tengah meningkatnya ancaman eksploitasi dan rekrutmen digital khususnya terhadap konten yang mengandung unsur radikalisme dan kekerasan yang menyasar anak," ujarnya.
Dengan langkah yang terkoordinasi, pendekatan yang berpusat pada anak, serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia dapat memastikan bahwa setiap anak terlindungi dari ancaman jaringan terorisme.
"Pemerintah pusat, pemerintah daerah, satuan pendidikan, dan aparat penegak hukum harus bekerja bersama-sama untuk memastikan tidak ada satu pun anak yang menjadi sasaran jaringan berbahaya," ujarya.
Diketahui, Densus 88 Antiteror Polri menangkap 5 pelaku perekrut anak dan pelajar untuk bergabung ke jaringan terorisme. Kelima pelaku ditangkap di sejumlah wilayah di Indonesia dalam tiga rangkaian operasi sejak akhir Desember 2024 hingga Senin, 17 November 2025.
Sepanjang 2025, setidaknya da 110 anak direkrut oleh kelompok radikali jaringan terorisme yang dilakukan secara masif melalui media sosial hingga melalui game online.
