Pemerintah Dorong Fesyen-Kerajinan Tangan Mampu Bersaing di Pasar Global

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 19 November 2025 | 19:37 WIB
Kementerian UMKM meluncurkan Holding UMKM klaster fesyen dan kerajinan tangan. (SinPo.id/Dok. Kemenumkm)
Kementerian UMKM meluncurkan Holding UMKM klaster fesyen dan kerajinan tangan. (SinPo.id/Dok. Kemenumkm)

SinPo.id - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memperkuat ekosistem rantai pasok industri kreatif nasional dengan meluncurkan program Holding UMKM klaster fesyen dan kerajinan tangan. Tujuannya supaya kedua sektor tersebut mampu bersaing di pasar global.

"Holding UMKM membangun ekosistem kemitraan UMKM berbasis klaster produk unggulan daerah, yang menjadi penghubung antara usaha mikro dan kecil dengan usaha menengah serta industri besar," ujar Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM, Bagus Rachman di Klaten, Jawa Tengah, Rabu, 19 November 2025.

Bagus menjelaskan, sektor fesyen terbukti berkontribusi sebesar Rp249,67 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan mencatat nilai ekspor Rp238,37 triliun pada 2024. Sementara itu, industri kerajinan tangan yang terdiri dari lebih dari 700 ribu unit usaha menghasilkan ekspor sekitar Rp11,03 triliun.  

Untuk itu, ia berharap, melalui Holding UMKM, pengusaha menengah menjadi poros yang menghubungkan pelaku mikro dan kecil dalam klaster yang sama. Sehingga mereka memperoleh akses pembiayaan, pendampingan, dan pemasaran yang lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan usaha.

Dengan demikian, usaha menengah dapat membantu menyelesaikan berbagai kendala yang kerap dihadapi usaha mikro dan kecil, seperti kesulitan produksi, terbatasnya akses pembiayaan, belum optimalnya standardisasi mutu, serta lemahnya rantai pasok.

"Holding UMKM adalah langkah strategis dalam transformasi struktural berbasis klaster agar ekosistem UMKM semakin terintegrasi, sistematis, dan berkelanjutan," ujar Bagus.

Di mana, PT Lurik Prasojo dan CV Agil Craft Indonesia ditunjuk sebagai operator Holding UMKM sektor fesyen dan kerajinan tangan. Kedua perusahaan dinilai memiliki kemampuan mengagregasi pelaku mikro dan kecil, menjalankan fungsi inkubasi, menjaga kesinambungan pemasaran, serta memfasilitasi akses pembiayaan dalam ekosistem kreatif.

PT Lurik Prasojo berkomitmen melestarikan wastra nusantara, khususnya lurik, sebagai kekayaan budaya bangsa, sekaligus memberdayakan masyarakat dengan melibatkan lebih dari 250 perajin perempuan dan 66 tenaga kerja tetap.

Sementara itu, CV Agil Craft Indonesia membangun ekosistem handicraft atau kerajinan tangan bersama 150 perajin. Sebanyak 95 persen produknya telah diekspor ke Jepang, Argentina, Belanda, Jerman, Portugal, Prancis, Norwegia, Maroko, dan Afrika Selatan, sementara 5 persen lainnya dipasarkan di dalam negeri.

"Dua perusahaan ini menjadi anchor yang menarik usaha mikro dan kecil dalam rantai pasok, sehingga mereka tumbuh lebih efektif, berdaya saing, dan memiliki skala ekonomi lebih besar," kata Bagus.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI