Kemenperin Ungkap Sagu dan Singkong Bahan Baku Termurah Produksi Bioetanol

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 29 Oktober 2025 | 15:53 WIB
Ilustrasi petani sedang panen singkong. (SinPo.id/dok. Pemkab Jepara)
Ilustrasi petani sedang panen singkong. (SinPo.id/dok. Pemkab Jepara)

SinPo.id - Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menilai, komoditas sagu dan singkong (cassava), merupakan bahan baku paling murah untuk dijadikan produksi bioetanol (etanol), dibanding jagung. Dan, sagu menempati posisi teratas dari sisi keekonomian. 

"Kalau dari nilai bahan bakunya ya, itu memang sagu itu yang paling murah untuk bahan baku menjadi etanol. Untuk saat ini sagu memang. Yang kedua termurah itu cassava (dari singkong), kalau yang corn yang jagung itu memang sudah agak mahal," kata Putu di Jakarta, Rabu, 29 Oktober 2025. 

Putu menyampaikan, pemerintah membuka serta mengkaji berbagai opsi, alternatif bahan baku etanol, untuk menentukan mana yang paling efektif dan efisien. Terlebih, Indonesia memiliki beragam bahan baku yang bisa diolah menjadi etanol, seperti sagu, singkong, jagung, hingga tebu.

"Nanti opsinya itu dibuka, mana yang paling bagus, nah itu yang didorong," ujarnya.

Selain itu, sektor gula dan kelapa sawit juga berpotensi untuk dijadikan bahan baku etanol. Dengan program swasembada gula, akan meningkatkan produksi molases yang dapat diolah menjadi biofuel, termasuk bioetanol. Juga pemanfaatan biomassa dari tandan kosong kelapa sawit dapat diolah menjadi etanol. 

"Biomassa dari tandan kosong kelapa sawit itu sedang kita fraksionasi, dipilah-pilah, dan hasilnya bisa jadi bioetanol, bisa hemiselulosa. Jadi banyak bahan-bahan yang bisa dihasilkan," tukasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI