Mendag Saksikan Penyerahan ATIGA Upgrade, Perkuat Integrasi Ekonomi ASEAN dengan Perdagangan Modern
SinPo.id - Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso, bersama para Kepala Negara, menyaksikan penyerahan Naskah Perjanjian The Second Protocol to Amend the ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA Upgrade).
Penyerahan naskah ini dilakukan Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Abdul Aziz, selaku Ketua Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA) kepada Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, di Kuala Lumpur, dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47.
"Penyerahan resmi naskah perjanjian ini menandai komitmen bersama negara-negara ASEAN untuk membangun sistem perdagangan yang modern, inklusif, dan berkelanjutan, guna memperkuat integrasi ekonomi kawasan," kata Budi dalam keterangannya, Senin, 27 Oktober 2025.
Naskah Perjanjian ATIGA Upgrade telah ditandatangani Mendag Budi pada Sabtu, 25 Oktober. Penandatanganan juga telah dilakukan oleh Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Sedangkan Kamboja dan Laos menandatangani secaraad referendum. Sementara itu, Myanmar dan Vietnam dijadwalkan melakukan penandatanganan pada November 2025.
Setelah penandatanganan rampung, implementasi perjanjian ini dijadwalkan mulai berlaku 18 bulan setelahnya.
ATIGA Upgrade ini menjadi perjanjian perdagangan barang ASEAN yang lebih responsif terhadap dinamika ekonomi regional dan global.
Peningkatan perjanjian ini juga memperkenalkan sejumlah elemen baru, antara lain ketentuan yang mendorong perdagangan berwawasan lingkungan; penguatan peran UMKM, peningkatan konektivitas rantai pasok, serta penyediaan mekanisme alternatif dalam penyelesaian sengketa.
"Perjanjian ini mencerminkan keyakinan ASEAN untuk terus bergerak maju dan tetap relevan di tengah dinamika ekonomi global. Ini bukan sekadar pembaruan aturan, melainkan langkah untuk memperkuat pasar dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan serta pengembangan rantai pasok yang tangguh dan berdaya saing," ujar Budi.
Budi menambahkan, ASEAN kini mendorong perdagangan yang lebih terbuka, digital, dan berkelanjutan, dengan tujuan agar manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat dan pelaku usaha di seluruh kawasan.
Sementara itu, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional, Djatmiko Bris Witjaksono, menegaskan peran aktif Indonesia dalam menjaga kepentingan nasional selama proses negosiasi.
"Salah satu capaian penting bagi Indonesia adalah mempertahankan protokol khusus untuk beras dan gula, yang menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan dua komoditas strategis kawasan. Bagi Indonesia, perjanjian ini membuka ruang bagi UMKM untuk berkontribusi dalam rantai pasok kawasan, memperkuat konektivitas industri, serta mempercepat transisi menuju perdagangan yang lebih hijau dan berdaya saing," ujar Djatmiko.
Perdagangan intra-ASEAN masih menjadi yang terbesar dengan nilainya mencapai US$ 823,1 miliar pada tahun 2024 atau 21,4 persen dari total perdagangan kawasan.
Angka tersebut menunjukkan potensi besar ASEAN dalam memperdalam integrasi ekonomi regional dan memperkuat posisinya di kancah perdagangan global.
