Ekonom UI: Prabowo Ubah Arah Ekonomi Nasional, Lawan Dominasi Oligarki
SinPo.id - Ekonom UI sekaligus Juru bicara Istana urusan Ekonomi, Prof. Fithra Faisal Hastiadi menyampaikan, konsepsi atau sistem ekonomi yang ingin dibangun Presiden Prabowo Subianto untuk bangsa Indonesia ialah pemeretaan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Menurutnya, Prabowo berhasil membawa masyarakat keluar dari penderitaan yang disebabkan oleh oligarki.
"Yang ingin dilakukan oleh Pak Prabowo adalah membuat sistem ekonominya, kue-kue ekonominya ini mampu dinikmati oleh kita semua. Rakyat, masyarakat menjadi prioritas pembangunan," kata Fithra dalam diskusi bertajuk "Prestasi Ekonomi Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran" digelar Aliansi Indonesia Raya, kawasan Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 15 Oktober 2025.
Untuk mewujudkan itu, tutur Fithra, Prabowo membangun sistem ekonomi inklusif atau Inklusif Economic Institution. Apalagi, Prabowo sering mengingatkan dengan mengutip isi buku berjudul "Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty" karangan Daron Acemoğlu dan James A. Robinson, yang menjelaskan penyebab negara gagal.
Dalam bukunya, Acemoğlu, seorang paraih hadiah Nobel Ekonomi 2024 lalu, mengungkapkan bahwa negara gagal jika oligarki atau sistem ekonominya hanya berputar di kelompok elite tanpa mengalir ke bawah.
Apabila diingat, dalam pidatonya beberapa tahun lalu, Prabowo juga sempat mewanti-wanti tentang masa depan Indonesia, dengan mengutip novel "Ghost Fllet" karya P.W. Singer dan August Cole.
"Maka, pada saat-saat seperti itulah, ekonomi menjadi milik yang kuasa, dan negara menjadi gagal. Ingat tahun 2011, 2019 Pak Prabowo sempat menyampaikan apa, nanti jangan-jangan tahun 2030, menurut bukunya Ghost Fllet, jangan-jangan tahun 2030, itu disampaikan tahun 2019, jangan-jangan Indonesia sudah tidak ada lagi," ucapnya.
Hal itu bisa terjadi bila ekonomi hanya berputar di kelompok elite saja atau Extractive Economic Institution. Dan, ini diperkuat dengan kalimat filosof Thucydides, "Do what they can, the weak suffer what they must."
"Ini adalah doktrin absolute, doktrin masa lalu. Di mana yang kuasa dianggap berhak menginjak-ninjak yang kecil. Sementara yang kecil, yang tidak berdaya, harus mau menderita di tengah kuasa para oligarki. Ini yang ingin dilenyapkan oleh Presiden dengan program-programnya yang fokus kepada rakyat," tuturnya
Oleh karena itu, sangat penting pembangunan harus berada di tengah-tengah rakyat, bukan meminggirkan masyarakat. Menurut Fithra, rakyat sudah jengah dengan pembangunan gedung-gedung megah, namun mereka hanya duduk menganga di pinggir jalan.
"Rakyat sudah jengah ketika jalan-jalan dibuat besar, tapi mereka mungkin seumur-umurnya belum pernah melalui jalan-jalan itu karena terlalu mahal. Rakyat sudah jengah melihat bangunan yang tinggi, sementara mereka hanya bisa melihat dari kejauhan. Yang ingin dilakukan oleh Presiden adalah mendekatkan rakyat menjadi pusat aktivitas ekonominya," ucapnya.
Namun, di masa pemerintahan Presiden Prabowo yang baru berjalan setahun, Fithra mencatat beberapa dampak positif dari kebijakan-kebijakan yang telah digulirkan Prabowo telah terlihat.
"Angka kemiskinan kita 8,47 persen, terendah sepanjang sejarah. Angka pengangguran kita 4,76 persen, juga terendah sepanjang sejarah. Kalau kita lihat angka ketimpangan, jurang yang memisahkan antara miskin dan kaya, gini koefisien (angka indikator ketimpangan) 0,375 persen, terendah semenjak 16 tahun terakhir," urainya.
Di samping itu, angka kemiskinan di desa turun dari 11,34 persen menjadi 11,03 persen, atau turun 0,43 juta orang miskin di desa dikarenakan berhasil mendatangkan investasi ke dalam negeri.
"Tadi kita sudah melihat bagaimana angka pengangguran, 4,76 persen, termasuk yang terendah sepanjang sejarah. Bagaimana caranya? Mendatangkan investasi," ucapnya.
"Di semester pertama tahun ini, sudah ada 945 triliun rupiah investasi di Indonesia. Naik 13,6 persen dari posisinya di tahun lalu," tukasnya.
