Greta Thunberg Tiba di Yunani Usai Diusir Israel, Sebut Blokade Gaza “Tidak Manusiawi”

Laporan: Tim Redaksi
Selasa, 07 Oktober 2025 | 06:46 WIB
Israel menghancurkan gedung pencakar langit Al-Ghafri yang merupakan gedung hunian tertinggi di Gaza. (SinPo.id/AP)
Israel menghancurkan gedung pencakar langit Al-Ghafri yang merupakan gedung hunian tertinggi di Gaza. (SinPo.id/AP)

SinPo.id -  Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, tiba di Yunani pada Senin 6 Oktober 2025  bersama ratusan aktivis lainnya yang diusir dari Israel setelah mencoba menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui jalur laut.

Menurut laporan AFP, Thunberg termasuk di antara ratusan peserta “Global Sumud Flotilla”, armada kapal yang berupaya menembus blokade laut Israel terhadap wilayah Gaza yang dilanda perang. Setibanya di Bandara Internasional Athena, Thunberg dan 160 aktivis lain disambut meriah oleh para pendukung Palestina yang mengibarkan bendera besar dan meneriakkan slogan, “Freedom for Palestine!”

“Misi ini seharusnya tidak perlu ada. Fakta bahwa kami harus melakukan ini adalah sebuah aib,” ujar Thunberg dalam pernyataannya di bandara.

“Kami tidak melihat tindakan nyata dari pemerintah dunia untuk menghentikan genosida terhadap rakyat Palestina.”

Thunberg menyebut Global Sumud Flotilla sebagai “upaya terbesar yang pernah ada untuk mematahkan blokade ilegal dan tidak manusiawi Israel terhadap Gaza melalui laut.”

Aktivis Eropa Lain Dipukul Polisi Israel

Selain Thunberg, seorang anggota Parlemen Eropa berdarah Prancis-Palestina, Rima Hassan, mengaku dipukuli oleh polisi Israel saat ditahan setelah flotilla dicegat oleh angkatan laut Israel di lepas pantai Mesir.

“Saya dipukul oleh dua polisi ketika mereka memasukkan saya ke dalam van,” kata Hassan kepada AFP.

Ia menambahkan, para tahanan dipaksa tidur berdesakan hingga 15 orang per sel di penjara keamanan tinggi Israel, tanpa air bersih dan makanan selama 48 jam pertama.

Anggota komite flotilla, Yasmin Acar, juga menuturkan bahwa para aktivis “diperlakukan seperti hewan” dan “dituduh sebagai teroris”.

Namun, pihak Israel membantah tuduhan penyiksaan tersebut. Kementerian Luar Negeri Israel menyebut bahwa mereka telah mendeportasi 171 aktivis ke Yunani dan Slovakia, sementara 138 orang lainnya masih ditahan di Israel.

Flotilla yang berangkat dari Barcelona, Spanyol, awal September lalu, disebut oleh Israel sebagai bagian dari jaringan pendukung Hamas dan dinilai melanggar zona terlarang. Israel juga mengklaim bahwa “bantuan kemanusiaan yang ditemukan di kapal sangat sedikit.”

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Yunani menyatakan bahwa penerbangan khusus yang tiba di Athena membawa 27 warga Yunani dan 134 warga dari 15 negara Eropa lainnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI