Laporan UE: Kelompok Peretas China dan Korea Utara Aktif di Irlandia, Targetkan Pemerintah hingga LSM
SinPo.id - Badan Siber Uni Eropa (ENISA) mengungkapkan bahwa kelompok siber berbahaya yang berafiliasi dengan pemerintah China dan Korea Utara telah aktif melakukan operasi di Irlandia sepanjang tahun hingga Juni 2025.
Dalam laporan bertajuk ENISA Threat Landscape 2025, lembaga tersebut menyebut kelompok peretas yang berafiliasi dengan China menargetkan berbagai sektor penting di Eropa, termasuk administrasi publik, transportasi, masyarakat sipil, dan infrastruktur digital.
ENISA menyebut, di sektor administrasi publik, serangan berfokus pada lembaga pemerintahan dan entitas diplomatik, sementara di sektor transportasi, industri penerbangan dan maritim menjadi target utama.
“Target terhadap masyarakat sipil kemungkinan mencerminkan prioritas domestik seputar kontrol narasi dan pemantauan jaringan pembangkang atau diaspora,” tulis laporan itu.
Selain Irlandia, kelompok peretas asal China juga aktif di Italia, Jerman, Prancis, Belgia, Spanyol, Belanda, dan negara-negara Nordik.
Sementara itu, aktivitas kelompok siber asal Korea Utara juga terdeteksi di Irlandia, meski dalam skala lebih kecil dibandingkan China. Fokus serangan Korea Utara diarahkan pada perusahaan swasta di sektor teknologi, jasa keuangan, dan sumber daya manusia, terutama di Belgia, Italia, Jerman, dan Prancis.
ENISA menempatkan Irlandia dalam kelompok negara ketiga yang menjadi sasaran Korea Utara, bersama Denmark, Swiss, dan Portugal.
Di sisi lain, laporan tersebut menegaskan bahwa kelompok peretas Rusia tetap menjadi yang paling aktif di Eropa, dengan fokus utama pada spionase siber terhadap sektor pemerintahan, pertahanan, dan infrastruktur digital. Target utama Rusia adalah Polandia, Prancis, Jerman, Belgia, dan Yunani, yang dinilai terkait dengan dukungan mereka terhadap Ukraina.
ENISA juga menyoroti meningkatnya operasi manipulasi informasi dan disinformasi asing (FIMI) di Eropa. Tindakan ini mencakup penyebaran berita palsu, penggunaan teknologi AI seperti voice cloning, hingga gambar dan video yang diambil di luar konteks untuk mengacaukan pemilu dan melemahkan kebijakan luar negeri UE.
Negara yang paling banyak diserang melalui disinformasi adalah Prancis, Jerman, dan Polandia, termasuk serangan yang menargetkan pemimpin tinggi Uni Eropa seperti Presiden Komisi dan Kepala Diplomasi UE.
Laporan ENISA menegaskan bahwa perang siber kini menjadi medan konfrontasi baru antarnegara besar, dengan Irlandia muncul sebagai salah satu titik sensitif di tengah rivalitas digital antara China, Korea Utara, dan Rusia melawan Barat.
