Komentar Warga Palestina Soal 20 Poin Rencana Perdamaian Trump di Gaza
SinPo.id - Rencana perdamaian yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza disambut beragam pendapat dari para pengungsi di kota Deir al-Balah di Jalur Gaza bagian tengah.
Berdasarkan laporan eksklusif yang diterima SinPo.id dari jurnalis Gaza, Muhammed Rabah, sejumlah warga menolak 20 poin rencana yang dibuat Trump, dan menganggapnya sebagai rencana menyerah yang bertujuan melikuidasi perjuangan Palestina.
Sedangkan beberapa warga lainnya mendukung rencana tersebut dan menganggapnya sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan perang dan kekejaman Israel.
"Saya menyerukan kepada negara-negara di dunia untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza ini sesuai rencana apa pun. Kami hancur. Kami tidak lagi memiliki rumah, kehidupan, sekolah, atau pendidikan," kata seorang pengungsi dari Gaza Utara, Saed al-Khatib, dikutip Jumat, 3 Oktober 2025.
"Kami hidup dalam pengungsian, dan dunia hanya memperhatikan kami. Kami menyerukan kepada semua orang untuk mengakhiri perang, terlepas dari rencana Amerika. Kami mendukung rencana yang mengakhiri perang, tetapi dengan syarat kami diperintah oleh seorang penguasa Palestina, bukan pihak eksternal," imbuhnya.
Kemudian seorang pengungsi dari Beit Hanoun, Mustafa al-Za'anin mengatakan, dirinya mendukung semua rencana yang dapat mengakhiri perang, menarik mundur tentara Israel, dan membangun kembali Gaza. Namun, ia tidak setuju dengan rencana yang mendukung Israel untum mencapai tujuannya.
"Kami menolak peran apa pun bagi Tony Blair karena ia adalah sosok yang tidak diinginkan dan memiliki sejarah buruk di kawasan tersebut, sebagaimana dibuktikan oleh Irak, yang kehancurannya disebabkan oleh Blair," kata al-Za'anin.
"Kami menolak rencana yang akan memindahkan kami dari satu kolonialisme ke kolonialisme lainnya... Ada pemimpin politik di antara kami yang mampu membuat keputusan yang tepat. Mengapa Blair atau Amerika harus memerintah kami? Menyetujui rencana semacam itu akan menghancurkan perjuangan Palestina dan generasi mendatang," tegasnya.
Selanjutnya, seorang pengungsi dari lingkungan Shuja'iyya, Basem Mohammed, menyerukan kepada dunia untuk mengakhiri perang. Menurutnya, warga Gaza telah sangat lelah menghadapi kekejaman Israel dan hidup dalam tragedi besar.
"Tragedi ini tidak dapat ditoleransi oleh siapa pun, dan situasinya sangat buruk. Oleh karena itu, saya mendukung rencana apa pun yang mengakhiri perang di Gaza," tuturnya.
Ghada Hamdan, seorang pengungsi dari lingkungan Nasr, mengatakan, "Saya mendukung negosiasi yang mengakhiri perang di Gaza, mengizinkan bantuan masuk ke wilayah tersebut, merawat korban luka yang perlu bepergian ke luar negeri, dan mengakhiri tragedi ini."
Terakhir, seorang pengungsi dari Jabalia, Hassan Qreiqaa mengatakan, rencana apapun yang dibuat Trump untuk mendukung tujuan pendudukan dan menguntungkan Israel, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan tetap melanjutkan perang pemusnahan karena Israel telah memutuskan untuk membunuh rakyat Palestina.
"Perang ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kami menjadi sasaran pembunuhan, kelaparan, pengungsian, dan situasinya sangat buruk," ungkapnya.
"Israel tidak peduli dengan resolusi internasional apa pun dan akan melakukan apa pun yang diinginkannya, dengan tujuan menggusur rakyat Palestina. Yang terpenting adalah menghentikan pembunuhan dan pertumpahan darah ini, baik oleh Tony Blair maupun siapa pun. Kami ingin perang ini dihentikan," katanya menambahkan.
Sebelumnya, Trump mengumumkan proposal berisi 20 poin rencana perdamaian di Jalur Gaza. Dalam proposal tersebut, ditulis bahwa pasukan Israel akan ditarik mundur secara bertahap dan semua operasi militer akan ditangguhkan.
Namun, dalam 20 poin rencana perdamaian tersebut, Trump mendesak kelompok pejuang Palestina, Hamas, untuk dengan imbalan pemberian amnesti bagi anggota yang berkenan hidup secara damai.
Setelah itu, Gaza akan dipimpin oleh komite Palestina yang teknokratis dan apolitis, yang nantinya akan diawasi oleh Dewan Perdamaian yang dipimpin langsung oleh Trump, dengan salah satu anggotanya yakni Tony Blair. Kemudian Gaza akan kembali dibangun dan Otoritas Palestina akan direformasi.
