UNGA 2025: Pengakuan Negara Palestina Jadi Isu Utama, 150 Negara Sudah Dukung

Laporan: Tim Redaksi
Selasa, 23 September 2025 | 06:36 WIB
PBB
PBB

SinPo.id -  Pengakuan terhadap Negara Palestina diperkirakan akan mendominasi jalannya Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 yang dibuka pada Selasa 23 September 2025 di New York.

Hingga saat ini, dari total 193 negara anggota PBB, sekitar 150 negara telah resmi mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Menjelang sidang, Australia, Kanada, dan Inggris menjadi negara-negara terbaru yang menyampaikan pengakuan. Jumlah itu diperkirakan bertambah dalam beberapa hari ke depan seiring semakin banyak negara yang akan mengumumkan sikap serupa.

Bagi Palestina, gelombang dukungan dari negara-negara Barat merupakan kemenangan diplomatik besar setelah puluhan tahun perjuangan memperoleh pengakuan internasional. Sebaliknya, situasi ini menjadi pukulan diplomatik berat bagi Israel, terutama hanya dua tahun setelah dukungan internasional mengalir deras bagi Israel pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Pertemuan tingkat tinggi yang diketuai bersama oleh Prancis dan Arab Saudi pada Senin (22/9) turut menggalang dukungan bagi solusi dua negara. Dalam forum itu, sejumlah pemimpin dunia menekankan pentingnya pengakuan resmi Palestina demi mewujudkan perdamaian dan keadilan di kawasan.

Meski begitu, Israel tetap menolak keras. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pendirian negara Palestina tidak akan pernah terjadi di sebelah barat Sungai Yordan. Sementara Amerika Serikat, yang menjadi satu-satunya anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang belum mengakui Palestina, juga menentang langkah ini.

“Konferensi ini hanyalah sebuah manuver politik yang justru memperpanjang konflik, memberi ruang bagi Hamas, dan melemahkan upaya nyata menuju perdamaian,” ujar mantan Presiden AS Donald Trump dalam pernyataannya.

Selain isu Palestina, Sidang Majelis Umum PBB tahun ini juga akan membahas sejumlah agenda besar, termasuk perang Rusia-Ukraina, ketegangan di perbatasan NATO, serta konflik nuklir Iran yang kembali memanas.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI