Masyarakat Diimbau Tetap Jaga Kewarasan dari Upaya Adu Domba

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 30 Agustus 2025 | 14:04 WIB
Founder Restorasi Jiwa Indonesia Syam Basrijal. (SinPo.id/dok. Pribadi)
Founder Restorasi Jiwa Indonesia Syam Basrijal. (SinPo.id/dok. Pribadi)

SinPo.id - Founder Restorasi Jiwa Indonesia Syam Basrijal, mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kewarasan, kejernihan hati, dan ketenangan jiwa sebagai bentuk perlawanan paling bermartabat terhadap hasutan dan upaya adu domba. Karena,  dengan meningkatnya gejolak sosial,  provokator bisa menyusup dengan tujuan  ingin memicu kerusuhan dan memecah belah masyarakat. 

"Amarah adalah energi yang bisa membebaskan, namun juga bisa membinasakan. Ketika ia tak terkendali, ia lebih berbahaya daripada isu yang memicunya," kata Syam dalam keterangannya, Sabtu, 30 Agustus 2025. 

Syam menekankan bahwa dalam menghadapi badai sosial dan politik, masyarakat membutuhkan lebih dari sekadar teriakan, yaitu kejernihan berpikir.  Ketika emosi menguasai, ruang nalar akan menghilang dan provokasi akan mudah masuk. 

Karenanya, banyak orang terjebak dalam keyakinan bahwa teriakan keras adalah kekuatan. Padahal justru itu celah bagi provokator untuk menyulut bara. Maka dari itu, ia menekankan bahwa kewarasan merupakan kekuatan kolektif yang menyejukkan, bukan bentuk kelemahan.

"Tetap waras bukan berarti menyerah. Justru di tengah badai, kewarasan adalah satu-satunya jangkar yang menjaga agar kapal tidak karam," tuturnya.

Selain itu, Syam juga menyoroti bagaimana provokasi selalu hadir setiap kali ada aksi massa. Sehingga ia mengajak masyarakat untuk kembali pada suara hati yang jernih, jangan sampai terprovokasi oleh hasutan semata. Karena hasutan dapat memperdaya emosi massa dan memperbudak kebebasan jiwa.

"Suara hati yang jernih tidak membakar, melainkan menyejukkan. Ia tidak mendorong kita untuk menghancurkan, melainkan mengingatkan untuk menjaga,” terang Syam.

Oleh sebab itu, narasi ini sengaja ia buat sebagai bahan refleksi dalam "Restorasi Jiwa Bangsa", Syam mengajak seluruh elemen bangsa untuk memulihkan kesehatan jiwa secara kolektif. Dengan begitu, masyarakat akan lebih mampu berpikir dewasa, tidak gampang disulut emosi karena memiliki ketenangan batin dan kecapakan dalam berpikir dan mencerna informasi.

"Restorasi jiwa bangsa bukan jargon kosong. Ia adalah ajakan untuk menyehatkan kembali cara pandang, cara merasa, dan cara bersikap," tukasnya.  

BERITALAINNYA
BERITATERKINI