Serangan Israel di RS Nasser Gaza Tewaskan 20 Orang Termasuk 5 Jurnalis, Klaim Militer Ditolak Pihak Rumah Sakit
SinPo.id - Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza selatan, menolak klaim militer Israel (IDF) yang menyebut serangan udara yang menewaskan 20 orang, termasuk lima jurnalis internasional, dilakukan karena dugaan keberadaan kamera pengintai Hamas dan kelompok militan di dalam kompleks medis tersebut.
IDF dalam laporan awal investigasinya menyatakan serangan beruntun pada rumah sakit terbesar di Gaza selatan itu ditujukan untuk menghancurkan kamera pengintai yang diyakini digunakan Hamas guna memantau pergerakan pasukan Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut insiden tersebut sebagai sebuah “mishap tragis”.
Dalam pernyataannya, pihak RS Nasser menegaskan:
“Kami secara tegas menolak klaim ini maupun alasan apa pun yang diajukan otoritas Israel untuk membenarkan serangan terhadap fasilitas rumah sakit.”
Serangan tersebut memicu kecaman luas dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan pemimpin dunia. Kantor HAM PBB menyebut pembunuhan para jurnalis sebagai peringatan keras bagi komunitas internasional.
“Pembunuhan jurnalis di Gaza seharusnya mengguncang dunia, bukan membuatnya terdiam, melainkan bergerak menuntut akuntabilitas dan keadilan,” kata juru bicara OHCHR, Thameen Al-Kheetan.
Lima jurnalis yang tewas dalam serangan ini adalah:
Mariam Dagga (33), wartawan Associated Press
Mohammed Salama, juru kamera Al Jazeera
Moaz Abu Taha, fotografer Reuters
Hussam al Masri, kontraktor Reuters
Ahmed Abu Aziz, kontributor Middle East Eye
Militer Israel menegaskan bahwa para jurnalis itu “bukan target serangan”, namun serangan ganda (double-tap attack) yang terjadi justru menewaskan mereka saat berada di lokasi.
Serangan Ganda dan Dugaan Pelanggaran HAM
Model serangan ganda ini sebelumnya pernah dilaporkan dalam perang di Suriah dan Ukraina: serangan pertama menimbulkan korban, sementara serangan kedua menghantam warga sipil maupun tenaga medis yang berusaha menolong korban.
Menurut pejabat IDF, enam dari korban tewas dalam serangan di RS Nasser disebut sebagai “teroris”, namun sejauh ini belum ada bukti publik yang mendukung klaim tersebut.
Serangan terhadap RS Nasser menambah daftar panjang fasilitas medis di Gaza yang dihantam sejak perang pecah 7 Oktober 2023, ketika serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera 251 lainnya.
Sejak itu, ofensif Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 62.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.
Sementara Israel bersikeras bahwa operasi militernya hanya menargetkan kelompok bersenjata, laporan lapangan dan catatan PBB menegaskan bahwa serangan berulang ke fasilitas sipil, termasuk rumah sakit, menimbulkan dugaan kuat pelanggaran hukum humaniter internasional.
