150 Ribu Warga Pakistan Dievakuasi Usai India Lepas Air Bendungan, Ancaman Banjir Besar Membayangi

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 28 Agustus 2025 | 06:38 WIB
ILUSTRASI BANJIR(Agus Priatna/SinPo.id)
ILUSTRASI BANJIR(Agus Priatna/SinPo.id)

SinPo.id -  Lebih dari 150.000 warga Pakistan di Provinsi Punjab telah dievakuasi setelah India melepas air dari bendungan-bendungan yang meluap ke sungai lintas perbatasan, memicu kekhawatiran banjir besar. Demikian disampaikan pejabat Pakistan, Selasa 26 Agustus 2025

Meski hubungan kedua negara tengah memburuk, New Delhi mengklaim telah mengirimkan peringatan dini kepada Islamabad soal potensi banjir, dengan alasan kemanusiaan.

Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Punjab menyebut evakuasi masih berlangsung di distrik-distrik rendah sepanjang Sungai Sutlej, Ravi, dan Chenab. Tentara Pakistan ikut dikerahkan dalam operasi penyelamatan, sementara tenda-tenda pengungsian disiapkan untuk warga terdampak.

“Arrangements for food, medicines, washrooms, and other necessities have been made in relief camps,” ujar Wakil Komisioner Pasrur, Saba Asghar Ali, seraya menyebut sedikitnya 16 desa berada dalam risiko langsung.

Hingga kini, sekitar 35.000 orang telah pergi secara sukarela sejak 14 Agustus, sementara sisanya terpaksa mengungsi setelah peringatan banjir diterbitkan.

Otoritas Pakistan memperingatkan bahwa India telah membuka semua pintu air Bendungan Thein di Sungai Ravi, dan bersiap melepaskan air dari Bendungan Madhopur. Citra satelit menunjukkan Thein Dam sudah terisi 97 persen.

Pejabat India menyatakan curah hujan ekstrem di Jammu dan Kashmir telah membuat sungai-sungai meluap, merusak jembatan, jalan, dan rumah.

Namun, Islamabad menyoroti bahwa pemberitahuan itu tidak disampaikan melalui Komisi Air Indus, mekanisme resmi yang lahir dari Perjanjian Air Indus 1960. India sebelumnya menangguhkan mekanisme ini setelah serangan teroris di Kashmir.

“India tidak bisa secara sepihak mengabaikan perjanjian itu,” klaim pejabat Pakistan, seraya menuding penghentian mekanisme tersebut terjadi di tengah memburuknya hubungan diplomatik.

Sementara itu, Menteri Irigasi Punjab Kazim Raza Pirzada menyebut perubahan iklim telah memperberat curah hujan di sungai-sungai timur Pakistan.

“Akibat perubahan iklim, hujan di sungai timur semakin ekstrem dibandingkan masa lalu,” ujarnya.

Musim hujan kali ini menambah krisis. Sejak Juni, lebih dari 800 orang meninggal akibat banjir di seluruh Pakistan, separuhnya pada Agustus saja.

Di wilayah Pakistan-occupied Jammu and Kashmir (PoJK), setidaknya 68 orang tewas akibat banjir bulan ini. Kota Karachi di selatan pun sempat tergenang pekan lalu, sementara di Buner, banjir bandang menewaskan lebih dari 300 warga.

Pejabat NDMA mengingatkan banjir 2022—yang menelan korban 1.739 jiwa dan menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan—bisa terulang.

“Persiapan memang lebih baik sekarang, tapi skala banjir lintas batas seperti ini di luar kemampuan satu negara saja,” kata seorang pejabat.

Hingga Selasa, evakuasi masih berlangsung di Kasur dan Bahawalnagar, dengan lebih dari 100.000 warga sudah dipindahkan. NDMA mengimbau warga menjauhi bantaran sungai dan mengikuti peringatan darurat lewat aplikasi ponsel.

Meski upaya mitigasi terus dilakukan, pejabat menyebut situasi masih “volatile.” Hari-hari ke depan akan menentukan apakah bencana ini akan mereda atau justru makin parah.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI