Mentan Ungkap Ketimpangan Kapasitas dan Produksi Penyebab Penggilingan Padi Tutup
SinPo.id - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menilai, banyakn penggilingan padi merupakan fenomena yang sudah sering terjadi, karena ketimpangan produksi dengan kapasitas penggilingan yang ada.
Amran menyampaikan, untuk kapasitas penggilingan kecil saja bisa mencapai 116 juta ton, sementara produksi padi Indonesia hanya 65 juta ton.
"Menurut Anda, kalau kapasitas (penggilingan) 116 juta (ton), kemudian produksi padi Indonesia hanya 65 juta ton, idle nggak? Idle dong," kata Amran di Jakarta, Jumat, 15 Agustus 2025.
Idle yang dimaksud Amran ialah pabrik tidak aktif atau menganggur, karena tak memiliki bahan baku gabah untuk digilin
Amran menjelaskan, saat ini ada 161.000 penggilingan berskala kecil di Indonesia, 7.300 skala menengah, dan 1.065 skala besar. Kemudian, sejak sekitar 15 tahun lalu ketika perusahaan besar mulai masuk ke industri dengan kapasitas giling besar.
"Mungkin juga di 15 sampai 20 tahun yang lalu tiba-tiba ada perusahaan besar masuk dengan kapasitas 30 sampai 50 juta ton (per tahun). Terganggu nggak (penggilingan) kecil? Terganggu," ucapnya.
Amran melanjutkan, sekitar 70 persen produksi padi terjadi pada Januari-Juni 2025. Angka itu setara 43 juta dari total kemampuan produksi padi yang sebesar 65 juta ton. Hal inilah sebagai respons banyak penggilingan yang tidak lagi beroperasi.
"Itu kapasitas giling terpasang adalah 165 juta ton yang besar kecil, sedang. Pasti ada yang tidak kebagian, kan? Terus di mana kelirunya? Yang besar harusnya tidak masuk mengganggu yang kecil," tuturnya.
Ditambah lagi, jika penggilingan kecil membeli padi Rp 6.500, maka penggilingan besar bisa membeli Rp 6.700 per kg. Apabila penggiling kecil menaikkan pembelian Rp 6.700, penggilingan besar akan membeli padi dari petani sebesar Rp 7.000 per kg.
"Artinya, ekonomi kecil terganggu. Tapi lihat fenomena, setelah terjadi pengurangan premium di supermarket modern, terjadi peningkatan penjualan di pasar tradisional. Kemudian penggilingan kecil mendapatkan suplai," tutur Amaran.
Amran justru bersyukur bila beras premium di supermarket berkurang, bisa menjadi berkah bagi penggilingan kecil dan pasar tradisional. Kendati, tidak ada imbauan dari pemerintah untuk mengurangi beras di supermarket.
"Alhamdulillah kalau dia kurangi. Itu adalah berkah bagi penggilingan kecil dan pasar tradisional," tukasnya.
