Ketua Muay Thai Jabar Tegaskan Atlet Harus Tahu Etika
SinPo.id - Ketua Muay Thai Jawa Barat, Rahyang Mandalajati Evi Silviadi Sanggabuana membantah soal dugaan diskriminasi terhadap Sarah Avilia. Diketahui, Sarah merupakan atlet Muay Thai peraih emas PON XXI Aceh–Sumut 2024.
Pria yang karib disapa Kang Evi ini menilai, sikap Sarah dan keluarganya sudah melewati batas. Menurutnya, Sarah tidak menunjukkan etika seorang atlet profesional.
“Masalah ini berawal dari konflik internal Sarah dengan Pengcab Kota Bekasi. Tapi malah jadi melebar ke mana-mana. Dilaporin ke tokoh politik, kepolisian, bahkan Menpora. Silakan, itu hak mereka, tapi kami juga punya aturan,” kata Kang Evi, dalam keterangannya, dikutip, Rabu, 6 Agustus 2025.
Menurut Kang Evi, Sarah juga menolak pelatih nasional yang ditunjuk PB Muay Thai Indonesia (PBMI), Edimus, yang notabene dari Jabar juga. Sikap Sarah, sama saja dengan menolak program nasional dan dianggap sebagai bentuk pengunduran diri.
“PBMI sudah punya sistem. Kalau atlet menolak dilatih pelatih nasional, ya berarti dia memilih mundur. Bukan kami yang mencoret, tapi sikapnya sendiri,” kata dia.
Kang Evi menyebut, Sarah juga diketahui pindah ke Kabupaten Bekasi secara sepihak. Padahal ada prosedur bagi atlet yang hendak pindah.
“Ada prosedurnya. Harus ada persetujuan tertulis dari semua pihak, termasuk KONI Kota dan Kabupaten. Kalau nggak lengkap, ya mutasi itu nggak sah,” ujarnya.
Lebih jauh Kang Evi juga menyoroti Sarah yang tampil di ajang profesional Muay Thai di Malaysia. Penampilan Sarah itu diduga tanpa rekomendasi PBMI.
“Dia masih terdaftar sebagai atlet amatir. Main di ajang profesional tanpa izin, itu pelanggaran berat. Bisa kena sanksi,” tegasnya.
Kini, kata Kang Evi, pihaknya tengah mengumpulkan bukti-bukti pemberitaan dan pernyataan Sarah yang dinilai merugikan nama baik Pengprov dan PBMI.
“Kami sudah siapkan tim hukum. Kalau perlu, akan kami bawa ke ranah pidana. Organisasi ini hasil keringat banyak orang, bukan tempat main-main,” kata dia.
Kang Evi menyebut, dalam dunia olahraga, bukan cuma soal medali atau prestasi. Yang jauh lebih penting yakni etika dari tiap orang yang terlibat di dalamnya.
“Atlet hebat bukan cuma di atas ring, tapi juga punya sikap, punya rasa hormat pada pembina dan organisasi. Kalau enggak, ya percuma prestasi setinggi langit," pungkasnya.
