Jazz Gunung Bromo 2025: Musik, Alam, dan Spirit Berkelanjutan di Kaki Semeru
SinPo.id - Festival musik alam terbuka paling ikonik di Indonesia, Jazz Gunung Bromo 2025, sukses digelar dengan meriah pada 19 Juli serta 25–26 Juli 2025 di Amfiteater Jiwa Jawa Resort, Probolinggo, Jawa Timur. Event ini diselenggarakan oleh PT Jazz Gunung Indonesia dengan dukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Kemenparekraf) sebagai bagian dari promosi pariwisata berkelanjutan di kawasan pegunungan.
Jazz Gunung Bromo menjadi salah satu dari lima rangkaian konser Jazz Gunung yang akan berlangsung hingga tahun 2026. Memadukan musik jazz dengan lanskap dramatis Gunung Bromo, konser ini tidak hanya menghadirkan hiburan, tapi juga menyuarakan nilai-nilai budaya, lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi lokal.
1. Dibuka dengan Teater Boneka Interaktif
Gelaran Jazz Gunung Bromo Series I dibuka dengan pertunjukan teatrikal dari Papermoon Puppet Theater, melibatkan 204 peserta, termasuk anak-anak sekolah dasar. Penonton diajak menyusuri jalur petani hingga area perkebunan untuk merasakan kehidupan lokal, sebelum ditutup dengan workshop membuat boneka dari buah dan sayur.
2. Panggung Jazz Bernuansa 80-an hingga Generasi Terkini
Serangkaian musisi tampil memukau dalam Series I, seperti Emptyyy, Jamie Aditya, Kua Etnika, Love Is, hingga Karimata, grup jazz era '80-an yang menghangatkan malam di dataran tinggi.
Sebagai headliner, grup musik RAN sukses mengajak 2.590 penonton bernyanyi bersama dalam lagu-lagu populernya seperti "Pandangan Pertama" dan "Dekat di Hati".
3. Series II: Monita Tahalea hingga Sal Priadi
Monita Tahalea membuka Series II pada 25 Juli dengan pertunjukan solo yang emosional, membawakan lagu-lagu seperti “Labuan Hati” dan “Kawan”.
Penampilan dilanjutkan esok harinya oleh Lorjhu (Madura), Rouge (Prancis), Tohpati Ethnomission, hingga Natasya Elvira.
Sal Priadi menutup konser dengan penuh haru melalui lagu “Gala Bunga Matahari”, setelah mengajak seluruh penonton melakukan doa bersama.
Total 3.042 pengunjung menghadiri Series II, menunjukkan peningkatan antusiasme publik terhadap Jazz Gunung Bromo sebagai event budaya dan musik yang berkelas.
4. Green Event: Musik dalam Harmoni dengan Alam
Jazz Gunung Bromo mengusung semangat pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dan green event. Dekorasi bambu, bantal duduk dari kain perca, hingga penggunaan properti ramah lingkungan menjadi bukti nyata kepedulian penyelenggara terhadap lingkungan.
Konsep ini selaras dengan upaya memperkenalkan Bromo tidak hanya sebagai destinasi wisata alam, tapi juga panggung budaya ramah lingkungan kelas dunia.
5. Perputaran Ekonomi Capai Rp2,2 Miliar
Selain membawa kebahagiaan lewat musik, Jazz Gunung Bromo juga berdampak positif bagi ekonomi lokal. Estimasi perputaran uang mencapai Rp2,2 miliar, berasal dari penjualan tiket, okupansi penginapan yang hampir 100%, serta sektor transportasi dan bazar UMKM.
Sebanyak 51 pelaku UMKM ambil bagian dalam dua series Jazz Gunung Bromo, dengan total 3.373 pengunjung bazar.
6. Jazz Gunung Berlanjut di Ijen, Slamet, dan Burangrang
Setelah Bromo, rangkaian Jazz Gunung akan berlanjut ke:
Jazz Gunung Ijen, 9 Agustus 2025 – Amfiteater Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi
Jazz Gunung Slamet, April 2026
Jazz Gunung Burangrang, Juni 2026
Untuk informasi lengkap dan pembelian tiket, kunjungi situs event.indonesia.travel atau akun Instagram resmi @eventbyindonesia.

