Obah Ngedrug Bumi VI: Perayaan Seni Ritual dan Ekspresi Lintas Daerah

SinPo.id - Sosok seniman tari dari Kota Malang, Winarto Ekram tak pernah berhenti berekspresi. Ragam idenya bergulir dan kerap mengisi ruang kosong yang tidak boleh sepi dengan pelbagai pertunjukan. Salah satu idenya adalah gelaran Obah Ngedrug Bumi VI.
Hari kedua rangkaian event tersebut, Winarto Ekram mengumpulkan para sutradara, pemain serta pimpinan sanggar menggelar workshop untuk saling mengeksplorasi dan mengapresiasi tentang Obah Ngedrug Bumi VI bertemakan Seni Ritual Seni.
Dalam workshop, Dr. Arif Rofiq, yang pernah menjabat Pembantu Ketua II Bidang Sarana dan Kerja Sama Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya mengatakan, seni pertunjukan yang dibangun oleh masyarakat merupakan ekosistem kesenian yang turut serta melestarikan warisan budaya nasional dalam pemajuan kebudayan. Karena itu pemerintah tidak perlu susah payah menjadi penyelenggara kesenian di daerah masing-masing.
"Kami berharap peserta workshop menuliskan pengalaman yang pernah disuguhkan dalam pementasan, misalnya bagaimana jatuh bangunnya mendirikan sanggar, bagaimana menyelenggarakan event, dan hal-hal lain," kata Arif yang pernah menjabat kepala UTP Ekraf Wilwatikta Disbudpar Jawa Timur, dikutip Minggu, 6 Juli 2025.
Sejumlah seniman dari berbagai daerah hadir dalam workshop itu. Diantaranya Iik Suryani dan Aprilia dari Serut Podomiro Festival Karanganyar yang terkenal dengan Sujud Bumi, Nini Gondrong Ngo dari studio Aceh, Noriko Muragishi dari Jepang, Irman Nisha, Janu WS Renggo dan Simon Karsimin dari teater Asa Jakarta, Marsiono dari sanggar Makan Ati Pamekasan, Devi Oktavia dari Mustikaloka SMAN Kademangan Blitar, mbah Karjo dalang wayang Sukat, Mulyono dari PSD Ulul Albab, Iing Sayuti dari Indramayu, Aak Agus dari Arcatataswara Malang.
Seniman Jepang, Noriko Muragishi mengapresiasi betapa di Indonesia sangat kaya seni tradisinya. Noriko dalam gelaran itu akan memantaskan topeng Jepang hitam dan putih sebagai simbol ruh yang jahat dan baik.
"Jadi nanti saya akan menyampaikan kondisi bumi kita ini memburuk akibat pemanasan global," ujarnya.
Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Isa Wahyudi yang memandu workshop itu memastikan bahwa siapapun yang pernah pentas di Obah Gedrug Bumi akan diminta menceritakan kembali pengalaman pementasan yang akan dikemas dalam bentuk buku.
"Ke depan bisa bekerjasama dengan penerbit agar semua aktifitas seni lebih terdokumentasikan dengan baik," katanya.
Pada sesi ke-3, pentas dari berbagai sanggar mulai disuguhkan. Mulai dari tari dari SD Taman Siswa Turen, SDN Bumiaji 2 Kota Batu, tari Niskala Seblang dari Sanggar Tari Satya Gantari, mustikaloka SMAN Kademangan Blitar, Sanggar Tari Ragil Kuning Malang, niscala Kid Dancer Blitar, Sanggar Kopi Maknyak Prigen Pasuruan, sanggar tari Citra Natya Budaya Malang, Swardance Malang, sanggar tari Katon Bening Malang, sanggar tari Umbul Arum Jombang, sanggar Kartika Budaya Kabupaten Jember, sampai sanggar Seni Karsa Budaya dan Padepokan Gunung Ukir Kota Batu.
Sementara, gelaran sesi ke-4 tampil antara lain, seni Sintren dari sanggar Akar Randu Alas Cirebon, sanggar tari Songo-Songo Lumajang, tari kontemporer Sujud Bumi Iik Suryani Solo, Shodiq Monolog Kulonprogo Jogjakarta, Iing Sayuti dari Indramayu, Noriko Muragishi dari Jepang, Solo Dance Perform Nini Gondronk Aceh, Lusi Wara, Lezat Tapi Tak Bergizi Tlteater Asa Jakarta, Tari Komunitas Ginyo Lamongan, Tltari Madura dari Sanggar Seni Makan Ate Pamekasan, Ludruk Garingan Besut, Rusmini, Tulak Balak Meimura Surabaya, serta Drama Tari Dandang Wacono Pemuda Bergerak Foundation Tuban.