Haidar Alwi Paparkan Lima Gagasan Strategis Menjemput Arah Baru Ekonomi Indonesia

SinPo.id - Pendiri Haidar Alwi Care (HAC) dan Haidar Alwi Institute (HAI), Haidar Alwi menyampaikan lima gagasan strategis menjemput arah baru ekonomi Indonesia. Menurutnya, HUT RI ke-80 merupakan momentum menata arah pembangunan, agar lebih berdiri di kekuatan sendiri.
Pertama, dana pembangunan berbasis komoditas strategis. Yakni dengan membangun cadangan nasional berbasis emas dan nikel untuk pembiayaan infrastruktur dan ketahanan energi. Komoditas bukan sekadar sumber devisa, tapi juga alat kedaulatan ekonomi.
"Kedua pasar inovasi nasional berbasis karya anak bangsa. Caranya dengan mewujudkan pembiayaan inovasi dari valuasi kekayaan intelektual, agar penemu dan kreator bisa mengakses dana tanpa utang, tapi dengan menjual nilai gagasan secara adil dan transparan," ujar Haidar dalam keterangannya, Jumat, 4 Juli 2025.
Ketiga, sambung Haidar, koperasi digital untuk kepemilikan tambang dan hilir industri. Yakni melibatkan rakyat kecil dalam kepemilikan industri melalui platform digital koperasi nasional. Rakyat tidak lagi hanya sebagai konsumen, tapi juga pemilik aset negara.
"Kemudian keempat, rupiah digital lokal untuk transaksi domestik. Jadi
sitem pembayaran digital lokal berbasis rupiah harus dikembangkan untuk UMKM, desa, dan pasar tradisional agar tidak selalu bergantung pada sistem rente global," katanya.
Terakhir, lanjutnya, pembaruan kurikulum ekonomi di sekolah menengah. Menurutnya, anak muda perlu dibekali pemahaman ekonomi strategis sejak sekolah. Pendidikan ekonomi tak boleh berhenti di teori, tapi harus mengarah pada pemahaman geopolitik, industri, dan kebijakan fiskal.
"Negara tidak boleh hanya jadi kasir untuk kekuatan asing. Kita harus mulai jadi perancang masa depan kita sendiri," tegasnya.
Di sisi lain, Haidar juga menyoroti bagaimana Amerika sebelumnya mencoba menghidupkan kembali ekonomi militernya melalui ketegangan geopolitik. Salah satunya melalui serangan terhadap Iran pada masa Trump. Langkah itu sempat diduga akan menjadi alat untuk mendorong permintaan senjata, sebagaimana pola lama Amerika di berbagai konflik.
"Namun hasilnya justru sebaliknya, waktu menyerang Iran, yang muncul bukan legitimasi, tapi kecaman. Bukan hanya dari dunia internasional, tapi juga dari dalam negeri mereka sendiri," jelas Haidar Alwi. Dunia tak lagi menyambut perang dengan dukungan. Maka strategi ekonomi menjadi pilihan: bukan lagi menguasai dunia dengan senjata, tetapi dengan harga yang lebih kompetitif," katanya.
Pelemahan dolar, lanjut Haidar, bukan tanda kelemahan Amerika, melainkan strategi sadar untuk menghidupkan ekspor dan industri dalam negeri. Ketika produk Amerika tak bisa bersaing dengan barang-barang murah dari Tiongkok, maka yang paling logis adalah membuat dolar lebih murah.
"Dolar bisa turun ke Rp14 ribu bahkan Rp13 ribu. Ini bukan karena rupiah menguat, tapi karena Amerika sedang membalik strategi mereka," katanya.
"Bagi Indonesia, pelemahan dolar memberi dampak ganda, produk AS akan lebih murah dan pasar lokal bisa terganggu, jika tak ada perlindungan yang bijak dan adil. Namun, jika dikelola dengan cerdas, momentum ini juga bisa membuka ruang fiskal dan memperkuat sektor produksi dalam negeri," sambungnya.
Usia 80 tahun Indonesia, kata Haidar, merupakan momentum untuk menata kembali arah ekonomi. Ditegaskannya, Indonesia tidak kekurangan sumber daya, tidak kekurangan kecerdasan, dan tidak kekurangan sejarah kemenangan. Indonesia hanya perlu membangun keberanian untuk bertindak, dan kemauan kolektif untuk berdiri di atas kaki sendiri.
"Jika arah ini digenggam bersama, Indonesia tidak hanya akan selamat dari gejolak global, tapi akan menjadi poros ekonomi baru, bukan karena belas kasihan dunia, tapi karena kekuatan, kerja keras, dan kebijakan yang berpihak pada bangsa sendiri," pungkasnya.