Stabilkan Harga, Kemendag Godok Kajian Baru Pola Distribusi Minyakita

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 04 Juli 2025 | 18:32 WIB
Kementerian Perdagangan menyita Minyakita yang berbuat curang (SinPo.id/ Dok. Kemendag)
Kementerian Perdagangan menyita Minyakita yang berbuat curang (SinPo.id/ Dok. Kemendag)

SinPo.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan, pihaknya sedang membuat kajian terbaru terkait dengan pola distribusi minyak goreng kemasan bersubsidi atau MinyaKita. Hal ini guna menekan harga MinyaKita yang masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp15.700 per liter.

"Sekarang lagi dibahas. Jadi sekarang lagi dibuat kajian-kajian dari seperti apa pola distribusinya yang pas. Saya belum bisa jawab karena belum selesai," kata Budi di Jakarta, Jumat, 4 Juli 2025. 

Budi menjelaskan, dalam pembahasan aturan itu, melibatkan kementerian/lembaga (K/L) lain, produsen, distributor, hingga asosiasi, supaya harga MinyaKita tidak melebihi HET yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 

Karena, saat ini rata-rata harga Minyakita secara nasional masih ada yang di atas HET. Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kemendag per 4 Juli 2025, harga rata-rata nasional MinyaKita sebesar Rp16.700 per liter.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat di minggu keempat Juni 2025, harga Minyakita masih stabil tinggi atau di atas HET. Berdasarkan data SP2KP pada 26 Juni 2025 terdapat 104 kabupaten/kota di Pulau Jawa yang harga Minyakita berada di atas Rp15.700 per liter.

Beberapa di antaranya seperti Kabupaten Kepulauan Seribu Rp18.000 per liter, Jakarta Barat Rp17.824 per liter, Tasikmalaya Rp17.794 per liter, Jakarta Pusat Rp17.694 per liter dan Bekasi Rp17.657 per liter.

Sementara di luar Pulau Jawa, terdapat 337 kabupaten/kota dengan harga Minyakita di atas HET. Adapun, wilayah tertinggi di Pegunungan Bintang Rp50 ribu per liter, Puncak Jaya Rp45 ribu per liter, Pegunungan Arfak Rp35 ribu, Lanny Jaya Rp35 ribu dan Tolikara Rp31.500 per liter.

Budi mengaku  belum bisa memberikan informasi secara mendetail terkait pola distribusi baru tersebut.

"Dengan K/L, nanti lagi mungkin rapat, termasuk juga tentunya dengan produsen asosiasi kita cari jalan keluarnya ya biar cepat turun (harga MinyaKita), apalagi kan wilayah timur (Indonesia timur) kan suka mahal," kata Budi.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI