Berkat Sumbangan Non-Migas, Mendag Catat Neraca Dagang Mei Surplus US$4,30 Miliar

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 03 Juli 2025 | 11:07 WIB
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso. (SinPo.id/dok. Kemendag)
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso. (SinPo.id/dok. Kemendag)

SinPo.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 mencatatkan surplus sebesar US$ 4,30 miliar, naik tajam dibandingkan April 2025 yang sebesar US$ 0,16 miliar. Sedangan secara kumulatif, pada Januari–Mei 2025 mencapai US$ 15,38 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 13,06 miliar. 

"Capaian ini menandai keberlanjutan tren surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus Mei 2025 terutama didorong oleh meningkatnya surplus non-migas, dari US$ 1,51 miliar pada April menjadi US$ 5,83 miliar. Sementara sektor migas masih mencatatkan defisit sebesar US$ 1,53 miliar," kata Budi dalam keterangannya, Kamis, 3 Juli 2025. 

Budi menyampaikan, surplus non-migas Mei 2025 sebagian besar disumbang oleh perdagangan dengan beberapa negara mitra utama. Surplus tertinggi dicatatkan dalam perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar US$ 1,86 miliar, India US$ 1,32 miliar dan Filipina US$ 0,77 miliar.

Dari segi ekspor Indonesia mencapai US$ 24,61 miliar, tumbuh 18,66 persen dibanding April 2025 (MoM) dan tumbuh 9,68 persen dibanding Mei 2024 (YoY). Kenaikan ini terutama didorong ekspor non-migas yang naik 20,07 persen, meskipun ekspor migas turun 4,99 persen.

"Kinerja ekspor membaik seiring meningkatnya harga komoditas utama seperti besi baja, logam mulia, dan nikel, serta naiknya permintaan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan nikel. Normalisasi perdagangan pascalibur Idulfitri juga turut mendorong ekspor," paparnya. 

Budi menerangkan, sektor industri pengolahan mendominasi ekspor nonmigas dengan kontribusi 84,07 persen, disusul pertambangan dan lainnya (13,23 persen), sertapertanian (2,70 persen). Secara bulanan, ekspor pertanian naik 32,16 persen, industri pengolahan naik 23,89 persen, sementara pertambangan turun 1,14 persen (MoM).

Adapun tiga komoditas nonmigas utama dengan pertumbuhan ekspor tertinggi pada Mei 2025 yaitu logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) yang naik 86,30 persen, lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) 42,08 persen, serta mesin dan peralatan mekanis (HS 84) 39,35 persen. 

Dilihat dari negara tujuan, Tiongkok, AS , dan India masih menjadi tiga pasar utama ekspor non-migas dengan nilai total US$ 9,81 miliar,atau 41,75 persen dari total ekspor nonmigas nasional. 

Sementara negara tujuan ekspor dengan lonjakan tertinggi secara bulanan, antara lain, Italia dengan kenaikan 78,50 persen, Australia (54,53 persen), Korea Selatan (36,76 persen), Belanda (32,05 persen), dan AS (31,48 persen.

Secara kumulatif, total ekspor Indonesia Januari–Mei 2025 tercatat US$ 111,98 miliar, tumbuh 6,98 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ditopang oleh ekspor nonmigas yang naik 8,22 persen menjadi US$ 106,06 miliar, sedangkan ekspor migas turun 11,26 persen menjadi US$ 5,92 miliar.

"Capaian ekspor ini menunjukkan ketahanan sektor perdagangan Indonesia. Kami akan terus memperkuat ekspor bernilai tambah dan memperluas akses pasar ke berbagai negara mitra," tegasnya.

Untuk kinerja impor pada Mei 2025, lanjut Budi, tercatat sebesar US$ 20,31 miliar, turun 1,32 persen dibanding April 2025 (MoM), namun meningkat 4,14 persen dibanding Mei 2024 (YoY). 

Penurunan secara bulanan disebabkan turunnya impor non-migas sebesar 2,20 persen, sementara impor migas justru naik 4,93 persen. Kondisi sebaliknya terjadi secara tahunan dengan impor nonmigas naik sebesar 5,44 persen dan impor migas turun 3,80 persen (YoY).

Lebih lanjut, Budi menjelaskan, struktur impor Mei 2025 masih didominasi bahan baku dan penolong penolong dengan pangsa 69,15 persen, diikuti barang modal (21,86 persen), dan barang konsumsi (8,99 persen). Meski impor bahan baku turun 6,19 persen (MoM), impor barang modal naik 13,54 persen dan barang konsumsi naik 7,28 persen.

"Kenaikan impor barang konsumsi mencerminkan optimisme pasar domestik, sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2025 yang tinggi, yaitu 117,5," ungkapnya.

Produk bahan baku yang mengalami penurunan terdalam meliputi emas batangan non-moneter, bensin, dan biji kakao. Sementara itu, produk barang modal yang mengalami lonjakan impor adalah instrumen navigasi, smartphones, dan perangkat transmisi telekomunikasi. Untuk barang konsumsi, peningkatan terbesar tercatat pada daging beku tanpa tulang, buah anggur, dan mobil listrik.

Di sisi lain, beberapa komoditas impor nonmigas yang mengalami penurunan tertinggi antara lain logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) yang turun 78,39 persen, besi dan baja (HS 72) 18,76 persen, serta barang dari besi dan baja (HS 73) 3,39 persen. 

Sementara berdasarkan negara asal, impor non-migas Indonesia pada Mei 2025 didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Singapura, dengan kontribusi gabungan 46,93 persen terhadap total impor non-migas.

Beberapa negara dengan penurunan impor terdalam adalah Thailand dengan penurunan 20,74 persen, Australia 13,73 persen, dan Singapura 10,61 persen.

"Secara kumulatif, impor Indonesia sepanjang Januari–Mei 2025 mencapai USD 96,60 miliar, tumbuh 5,45 persen (CtC). Peningkatan ini didorong oleh impor nonmigas yang naik 7,92 persen, meskipun impor migas turun 7,44 persen," tukasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI