Kemendag Incar Potensi Pasar Halal Australia yang Nilainya Rp131 T

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 27 Juni 2025 | 15:19 WIB
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso. (SinPo.id/dok. Kemendag)
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso. (SinPo.id/dok. Kemendag)

SinPo.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan, pemerintah mengincar pasar produk halal ke Australia yang nilainya mencapai US$ 8,13 miliar atau setara Rp131,8 triliun (kurs Rp16.216 per dolar), berdasarkan data 2024, dengan tren pertumbuhan 14,13 persen per tahun.

Alasannya, Indonesia saat ini baru menempati peringkat ke-7 sebagai pemasok produk halal ke Australia dengan pertumbuhan ekspor 29,96 persen per tahun. 

"Adanya tren peningkatan permintaan produk halal ke Australia tersebut membuka peluang bagi Indonesia untuk mengisi ceruk pasar produk halal di Australia," kata Budi dalam kerja sama Kemendag dengan Global Australian Halal Certification (GAHC) di Jakarta, ditulis Jumat, 27 Juni 2025. 

Budi berhadap, GAHC dapat menjadi pintu masuk untuk Australia bagi produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dan, perwakilan perdagangan RI di Australia - GHAC diharapkan dapat bekerja sama untuk memfasilitasi semakin banyak pembeli dari Australia agar berpartisipasi dalam Trade Expo Indonesia (TEI) pada Oktober 2025 mendatang. 

"Kami harapkan kerja sama ini dapat turut meningkatkan buyerAustralia, khususnya untuk sektor produk halal, pada gelaran TEI 2025. Kami juga berharap diaspora bisa menjadi importir produk Indonesia dinegara tujuan," imbuhnya. 

Budi menjelaskan, berdasarkan Australian Bureau of Statistics 2021, populasi muslim di Australia mencapai 813.000 jiwa atau setara 3,2 persen dari total penduduk. Peran Australia sebagai negara ramah wisatawan muslim juga mendorong peningkatan berbagai permintaan produk halal di Australia.

Selain itu, produk halal juga dapat menyasar pasar yang lebih luas karena tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat muslim saja. Sebab, produk halal telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup sehat.

"Produk bersertifikat halal tidak hanya menarik bagi warga muslim, namun juga bagi warga nonmuslim. Produk halal menawarkan kebersihan, keamanan, dan manfaat bagi kesehatan. Penggunaan produk halal telah berkembang menjadi gaya hidup," tukasnya. 

Sementara itu, Presiden Direktur GAHC Asroni mengatakan, produk halal Indonesia, khususnya dari UMKM, memiliki daya saing yang tinggi, nilai tambah yang kuat, dan potensi pasar yang besar di tengah tantangan akses pasar yang konkret dan berkelanjutan.

"Kami percaya UMKM Indonesia bisa menjadi duta halal Indonesia di pasar dunia. GAHC siap memberikan bantuan sertifikasi halal gratis bagi sekitar 1.000 UMKM, membantu kurasi produk sesuai standar Australia, serta mempromosikan produk halal Indonesia di Australia," kata Asroni.

Sebagai informasi, Australia merupakan mitra dagang penting bagi Indonesia dan menempati peringkat ke-12 sebagai tujuan ekspor Indonesia. Pada periode Januari–April 2025, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 4,1 miliar. Pada 2024, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 15,39 miliar.

Sementara itu, permintaan dunia untuk produk halal mencapai US$ 1,3 triliun pada 2024. Nilainya meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir (2020—2024) dengan tren sebesar 8,31 persen.

Di sisi lain, Indonesia yang merupakan negara berpopulasi muslim terbesar di dunia menempati peringkat ke-9 sebagai eksportir produk halal global.

Nilai ekspor produk halal Indonesia ke dunia mencapai US$ 49,3 miliar pada 2024. Dalam lima tahun terakhir (2020—2024), ekspor produk halal Indonesia terus tumbuh dengan tren sebesar 5,18 persen.

Ekspor produk halal Indonesia ke dunia pada 2024 didominasi empat kategori produk, yakni makanan sebesar US$ 41,95 miliar, modest fashion US$ 8,28 miliar, farmasi US$ 0,73 miliar, dan kosmetika US$ 0,43 miliar.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI