Mentan Sebut Kecurangan Perdagangan Beras Rugikan Konsumen Rp99 Triliun
SinPo.id - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, pihaknya menemukan dugaan kecurangan dalam perdagangan beras yang menyebabkan kerugian konsumen hingga Rp99,35 triliun akibat manipulasi kualitas dan harga di tingkat distribusi.
Temuan ini berdasarkan hasil survei investigasi bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan Mabes Polri, dan kementerian/lembaga terkait, tetang evaluasi kesesuaian harga dan mutu beras kategori premium dan medium yang beredar di pasar. Periode pengambilan sampel dilakukan pada 6-23 Juni 2025, dengan lokasi di 10 provinsi.
"Ini ada anomali, kita cek bersama di pasar 10 provinsi, kota besar Indonesia. Kami cek, mulai mutu kualitas, timbangannya, beratnya dan seterusnya. Ternyata ada yang tidak pas, termasuk HET (harga eceran tertinggi)," kata Amran di Jakarta, Kamis, 26 Juni 2025.
Menurut Amran, harga beras yang tinggi di pasar sangat janggal. Padahal, berdasarkan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dirilis tiga hari lalu, produksi beras Indonesia diperkirakan mencapai 35,6 juta ton tahun ini. Angka itu jauh di atas target pemerintah sebesar 32 juta ton.
Laporan serupa dari United States Department of Agriculture (USDA) juga memperkirakan produksi beras Indonesia sebesar 34,6 juta ton, atau masih lebih tinggi dari target pemerintah.
Meski produksi melimpah, Amran mempertanyakan, lonjakan harga beras di tingkat konsumen yang tidak sejalan dengan kondisi di lapangan. Dia menyebut ada anomali harga yang patut dicurigai.
"Ada anomali. Produksi kita berlebih, tapi harga tetap tinggi. Ini tidak wajar," tegasnya.
Dan, berdasarkan hasil investigasi pada beras premium dengan sampel 136, ditemukan 85,56 persen tidak sesuai dan 14,4 persen sesuai ketentuan 59,78 persen tidak sesuai HET dan 40,22 sesuai HET, dan 21,66 persen tidak seusai berat kemasan dan yang sesuai 78,14 persen.
Kemudian, temuan pada beras medium dengan sampel 76 merek, ditemukan 88,24 persen tidak sesuai mutu beras sedangkan sisanya sesuai, 95,12 persen di atas HET dan 4,88 persen sesuai, 9,38 persen tidak seusai
Amran melanjutkan, untuk memastikan akurasi dalam pengecekan di lapangan, pihaknya menggunakan 13 laboratorium yang ada di 10 provinsi.
"Kita gunakan lab karena kita tidak ingin salah. Kita tidak ingin ceroboh sehingga kami menggunakan 13 lab di 10 provinsi. Kita tidak ingin salah dalam menyampaikan informasi, karena ini sangat sensitif," ucapnya.
Menurut Amran, potensi kerugian masyarakat imbas ketidaksesuaian itu menyentuh angka Rp 99,35 triliun.
"Jadi potensi kerugian kita Rp 99 triliun. Dan inilah hasil kita bersama, hasil tim turun ke lapangan. Dan kita akan verifikasi ulang. Nanti Satgas bergerak mengecek langsung di lapangan," kata Amran.
Lebih lanjut, Amran memberikan tenggat waktu 14 hari ke depan untuk para pengusaha agar berbenah dan tidak melakukan kecurangan. Jika masih ditemukan, maka segera tidak tegas secara hukum.
"Mulai hari ini, kami minta berbenah, tidak lagi menjual harga beras di atas HET, periksa mereknya masing-masing bila tidak turun berhadapan dengan pemerintah. Dua minggu ke depan itu (harus) sudah sesuai standar," tukasnya.

