Kemenperin: Daya Saing Indonesia Turun karena Gempuran Produk Impor Murah

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 25 Juni 2025 | 22:29 WIB
Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif. (SinPo.id/dok. Kemenperin)
Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif. (SinPo.id/dok. Kemenperin)

SinPo.id - Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan, penyebab penurunan daya saing Indonesia berdasarkan laporan World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 yang dirilis IMD, dikarenakan faktor eksternal yaitu perang tarif. Dampaknya,  produk-produk impor yang masuk Indonesia menjadi masif.

"Perang tarif itu kan membuat negara yang over-supply itu mencari pasar alternatif, dan pasar alternatif itu ada di Indonesia," kata Febri di Jakarta, Rabu, 25 Juni 2025.

Menurut Febri, keberadaan barang impor dengan harga jual murah di pasar domestik, membuat daya saing produk lokal menurun. Serangan produk impor murah ini tak hanya berdampak pada industri tekstil, tetapi juga berdampak pada industri alas kaki, elektronik, baja, keramik, dan banyak lainnya.

Sementara untuk faktor internal atau dalam negeri, lanjut Febri, dalam posisi yang cukup baik. Dimana, tenaga kerja masih produktif, serta bahan baku sebagian besar masih tercukupi.

"Itu kan artinya daya saing turun itu karena faktor eksternal. Kalau faktor internal, kalau kami lihat sih tidak. Cuma karena ada faktor eksternal, banyak gempuran produk impor jadi yang berharga murah," kata dia.

Sebelumnya, Institut Internasional untuk Pengembangan Manajemen (IMD) menyebutkan, daya saing Indonesia yang turun 13 peringkat ke posisi 40 secara global dalam riset World Competitiveness Ranking (WCR) 2025, disebabkan dampak dari perang tarif yang terjadi.

Padahal, pascapandemi Covid-19, Indonesia merupakan salah satu negara dengan performa daya saing terbaik dalam peringkat WCR yang naik 11 peringkat. Kenaikan peringkat daya saing ini didongkrak dari nilai ekspor migas dan komoditi.

"Namun, saat ini peringkat daya saing Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara anjlok imbas dari perang tarif yang ditujukan ke kawasan ini," kata Direktur World Competitive Center (WCC) IMD Arturo Bris.

Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia terus memperbaiki posisi dari peringkat 44 di 2022, naik ke peringkat 34 di 2023, hingga akhirnya di posisi 27 pada 2024. Namun, turun ke posisi 40 pada 2025.

Bris menjelaskan, riset WCR 2025, mengukur tingkat daya saing 69 negara dunia menggunakan data keras dan hasil survei.

WCC memperhitungkan 262 informasi berupa 170 data eksternal dan 92 respons survei terhadap 6.162 responden eksekutif di tiap negara.

Berdasarkan survei, 66,1 persen eksekutif Indonesia menganggap kurangnya peluang ekonomi menjadi pendorong polarisasi.

Artinya, masalah ekonomi mendasar seperti infrastruktur yang tidak memadai, lembaga yang lemah, dan keterbatasan talenta SDM mesti mendapat porsi perhatian yang besar.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI