Fasilitas Nuklir Iran Diserang AS, IAEA Minta Akses Darurat: 400 Kg Uranium Diduga Dipindahkan

Laporan: Tim Redaksi
Rabu, 25 Juni 2025 | 00:22 WIB
Ilustrasi reaktor nuklir. (SinPo.id/dok. energia.gr)
Ilustrasi reaktor nuklir. (SinPo.id/dok. energia.gr)

SinPo.id -  Amerika Serikat meluncurkan serangan militer ke sejumlah fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu. Serangan tersebut langsung mendapat sorotan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang meminta akses darurat ke lokasi untuk menilai kerusakan besar yang sangat signifikan.

Dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menyatakan pentingnya segera mengirim inspektur ke situs Fordow—lokasi utama pengayaan uranium Iran—yang kini memperlihatkan kawah akibat penggunaan senjata penghancur bawah tanah.

“Kini terlihat kawah di situs Fordow... yang menunjukkan penggunaan senjata penghancur bawah tanah. Ini sesuai dengan pernyataan dari pihak AS,” kata Grossi, dikutip dari UN News, Selasa 24 Juni 2025.

Grossi menambahkan bahwa hingga saat ini, belum ada pihak yang dapat memastikan skala kerusakan infrastruktur bawah tanah, khususnya pada mesin sentrifugal yang digunakan untuk memperkaya uranium hingga level 60%.

New York Times melaporkan bahwa sebelum serangan, Iran sempat memindahkan sekitar 400 kilogram uraniumyang telah diperkaya, berdasarkan informasi intelijen yang diterima dari dua pejabat Israel.

Padahal, menurut kesepakatan nuklir 2015, Iran hanya diperbolehkan memperkaya uranium hingga di bawah 4 persen. Angka 60% sangat mendekati tingkat senjata nuklir, yang semakin meningkatkan kekhawatiran internasional.

IAEA menyebutkan bahwa fasilitas nuklir lain seperti Isfahan, Arak, dan Teheran juga mengalami kerusakan. Meskipun tingkat radiasi di luar situs masih dalam batas normal, risiko terhadap reaktor aktif seperti di Bushehr tetap mengkhawatirkan.

“Serangan terhadap fasilitas nuklir tidak boleh dilakukan. Ini bisa menyebabkan pelepasan zat radioaktif yang berdampak luas, tidak hanya pada Iran, tapi juga kawasan sekitarnya,” tegas Grossi.

Hingga laporan ini ditulis, 430 warga Iran dilaporkan tewas akibat rangkaian serangan udara selama 11 hari terakhir, termasuk serangan dari Israel sebelumnya. Sebagian besar korban merupakan warga sipil. Di pihak Israel, 25 orang tewas dan lebih dari 1.300 terluka akibat rudal Iran.

Grossi menegaskan bahwa fasilitas nuklir, bahkan yang diperkuat, tidak kebal terhadap serangan besar. Zat seperti uranium heksafluorida (UF6) bisa berubah menjadi gas hidrogen fluorida jika terkena kelembaban dan menyebabkan kerusakan paru-paru hingga luka bakar kimia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI