ESDM Tingkatkan Produksi Migas Antisipasi Lonjakan Harga Minyak Imbas Konflik Israel-Iran

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 13 Juni 2025 | 18:44 WIB
Ilustrasi perusahan produksi Migas (SinPo.id/ Dok. ESDM)
Ilustrasi perusahan produksi Migas (SinPo.id/ Dok. ESDM)

SinPo.id - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mengatakan, Indonesia saat ini terus menggenjot produksi minyak dan gas nasional, untuk memutus ketergantungan terhadap impor minyak mentah dunia.

Hal ini sebagai respons atas serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran menyebabkan harga minyak dunia melambung. Ketidakstabilan ini turut berdampak ke Indonesia. 

"Jadi, Indonesia ada ketahanan energi, kami mengusahakan ada peningkatan produksi migas di dalam negeri," ujar Yuliot di Jakarta, Jumat, 12 Juni 2025. 

Menurut Yuliot, sebelumnya produksi minyak nasional sebesar 560 ribu - 570 ribu barel per hari (bph). Namun, kini lifting minyak sudah mencapai 610 ribu barel per hari, melampaui target yang termaktub di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), yakni 605 ribu bph.

"Ini sekarang rata-rata sudah di atas 600 ribu barel. Ini dilihat dari bulan ini sudah di atas 610 ribu barel," ucapnya. 

Dengan demikian, lanjut Yuliot, terjadi peningkatan lifting jika dibandingkan dengan capaian lifting pada kuartal I 2025 yang mencapai 580 ribu bph.

Karena itu, Kementerian ESDM tetap optimis dalam menghadapi gejolak harga minyak dunia pasca serangan Israel ke Iran. Dengan peningkatan produksi migas ddalam negeri, akan meminimalisir pengaruh gejolak internasional terhadap stabilitas ketersediaan energi. 

Berikutnya, pemerintah juga terus mendorong pengembangan energi terbarukan seperti biodiesel dan energi panas bumi atau geotermal, untuk menekan ketergantungan impor. Bahkan, dalam waktu dekat, pemerintah segera meresmikan empat geotermal dan meluncurkan program B50 di 2026.

"Itu ada empat geotermal yang segera akan diresmikan juga masuk fase produksi komersial. Jadi ya ini juga mengurangi ketergantungan kita terhadap impor," tukasnya.

Sebagai informasi, Israel dikabarkan melakukan serangkaian serangan besar-besaran ke sejumlah target militer di Iran, termasuk ke beberapa individu yang  memiliki koneksi dengan program nuklir negara tersebut.

Serangan Israel itu juga menargetkan sejumlah pemimpin militer Iran, demikian laporan RIA Novosti mengutip sejumlah sumber.

Otoritas Iran membatalkan seluruh penerbangan di bandara Imam Khomeini di Tehran menyusul serangan tersebut, lapor kantor berita ISNA mengutip juru bicara bandara.

Menegangnya situasi di Timur Tengah diikuti oleh peningkatan harga minyak dunia hingga kisaran US$ 72–73 dolar per barel, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada level US$ 65,29 dolar per barel.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI