BPIP: Pancasila Harus Jadi Gugus Insting dalam Berperilaku
sinpo, JAKARTA, Antonius Benny Susetyo mengatakan bahwa tantangan saat ini adalah menjadikan Pancasila sebagai gugus insting. Tantangan itu menjadikan Pancasila sebagai gugus insting dalam bertingkah, berprilaku, bernalar, dan berelasi.
Demikian disampaikan Benny Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu dalam diskusi online dengan tema "Memperkuat Kasaktian Pancasila" yang digelar oleh Indonesia Merayakan Perbedaan (IMP) di Jakarta, pada Senin (5/10/12).
Diskusi dihadiri oleh lebih dari 100 peserta dari tokoh agama, tokoh masyarakat, dan umum. Sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, dijelaskan Benny adalah orang yang memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Ini jika menjadi roh dalam kebijakan publik maka akan menemukan kembali tokoh dalam perjuangan.
Selanjutnya membatinkan Pancasila dalam praksis kehidupan sehari hari dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat harus dilakukan.
"Bermacam-macam cara seperti melalui dongeng dan permainan sekarang mulai pudar. Pendidikan nilai harus diutamakan sehingga mau dan sadar yang menjadi gugus insting. Pancasila harus dicerminkan dalam kehiduapan sehari hari bukan hanya sekedar dihapalkan. Tapi, harus menjadi habitus," kata Benny.
Saat ini yang harus diperhatikan adalah masyarakat membutuhkan teladan khususnya dalam pengamalan nilai Pancasila. Benny melihat masyarakat khususnya anak- anak merindukan sosok teladan tersebut. "Di ruang publik kita mengalami krisis sosok teladan atau role model. Seharusnya setiap sila terlihat dalam setiap tindakan dan ada role modelnya," jelas Benny.
Ruang publik harus diisi dengan konten positif yang menanamkan dan mengamalkan nilai Pancasila. Tantangan lain dijelaskan Benny saat ini yaitu bagaimana memasukan nilai Pancasila ke dalam hal-hal kekinian dan model pembinaan yang aplikatif dengan sistem digital.
Turut hadir Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, Abdul Latif Bustami. Dirinya menjelaskan bahwa Pancasila sebagai dasar negara final dan mengikat tidak ada lagi perdebatan. Harus dicermati adalah apa yang ditulis dengan apa yang dilakukan.
"Keadilan harus benar-benar dengan rakyat jangan tajam ke bawah tumpul ke atas," ungkapnya.
"Gotong royong juga dirasakan masyarakat semakin menjauh dan tauladan dari para tokoh menurut riset yang ada mengecewakan.Oleh karena itu, Perlu ada perjuangan yang terus menerus," tambah Abdul Latif.
Merakit indonesia yang begitu majemuk dari sejarah sepakat yaitu dengan pancasila. "Silakan orang merekayasa apapun. Tapi sejarah menjelaskan pancasila solusi terbaik sebagai dasar negara dan pedoman dan nyata adanya. Pancasila sebagai pemersatu dan perjalanan sejarah menjelaskan bahwa Pancasila luar biasa," tutur Abdul.

