Karding: Jangan Lagi Sempitkan Persepsi Pekerja Migran Sebatas Pembantu Rumah Tangga

SinPo.id - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding, mengajak publik untuk mengubah cara pandang atau mindset terhadap pekerja migran.
Menurut dia, istilah pekerja migran tidak terbatas pada asisten rumah tangga (ART) atau sektor informal saja.
"Jadi adik-adik jangan hanya melihat pekerja luar negeri itu sebagai pembantu rumah tangga atau asisten rumah tangga, bukan," kata Karding di Universitas Al-Khairaat, Palu, Sulawesi Tengah, Senin, 9 Juni 2025.
Karding mengatakan, banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkarir di luar negeri bisa disebut sebagai pekerja migran.
Hal itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017, WNI yang bekerja di luar negeri dan mendapatkan upah adalah pekerja migran Indonesia.
Karding mencontohkan pesepakbola Arhan Pratama yang bermain untuk Bangkok United, Megawati Hangestri Pertiwi, pemain anyar dari klub voli Red Sparks Korea Selatan. Bila merujuk Undang-Undang tersebut, mereka merupakan pekerja migran.
"Ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan itu pernah bekerja di IMF, di sana itu juga pekerja migran. Atlet voli Megawati itu juga pekerja migran. Arhan, pemain sepak bola yang main di Jepang, Asnawi yang main di Thailand, itu juga pekerja migran. Pak Habibie yang dulu bekerja sebagai engineer di Jerman, itu juga pekerja migran," ucapnya.
Menurut Karding, kesalahan persepsi yang melekat di masyarakat selama ini telah membuat makna dan potensi besar dari migrasi tenaga kerja menjadi sempit.
Padahal, para PMI turut membawa nama baik bangsa dan menjadi agen transformasi sosial dan ekonomi, baik di keluarga maupun komunitas asal mereka.
"Selama ini mindset kita sempit. Padahal pekerja migran itu justru mereka yang punya keberanian, kapasitas, dan tekad untuk maju. Mereka bukan warga kelas dua, tapi pejuang global yang layak dihormati," tuturnya.
Karding juga menegaskan bahwa Kementerian P2MI tidak hanya hadir untuk memberi perlindungan hukum dan sosial bagi pekerja migran, tetapi juga untuk membangun martabat, mengubah cara pandang publik, dan mendorong regenerasi sumber daya manusia Indonesia yang berdaya saing internasional.
"Hari ini kita tidak bisa lagi berpikir sempit. Dulu orang merantau dari desa ke kota. Sekarang kita dorong anak-anak muda dari kota ke dunia internasional. Bukan sekadar cari uang, tapi membangun masa depan dan membawa pulang nilai," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Karding juga melakukan penandatanganan MoU dengan pihak Universitas Al-Khairaat, terkait tata kelola pelindungan pekerja migran Indonesia.
Tujuannya untuk memperkuat sinergi dalam pengembangan pendidikan, pelatihan, serta penempatan tenaga kerja migran yang berkualitas dan berdaya saing global.
"Kerja sama ini diharapkan melahirkan SDM unggul dari Sulawesi Tengah yang siap bekerja di luar negeri dengan pelindungan yang maksimal dan peluang yang luas," kata Karding.