Surplus Neraca Dagang RI Merosot, Mendag Salahkan Tarif Trump

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 04 Juni 2025 | 20:38 WIB
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso (SinPo.id)
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso (SinPo.id)

SinPo.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan, penyebab surplus neraca perdagangan turun hanya mencapai US$ 160 juta pada April 2025, karena kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Penyebab lainnya, periode libur Idulfitri yang membuat kegiatan ekspor sedikit melambat.

"Jadi setelah kami cek juga, di beberapa negara seperti di Malaysia, Filipina, Vietnam, nah kita analisa yang pertama kemarin, kan, awal April itu masih libur lebaran, ya, sehingga ekspor juga berkurang. Yang kedua ini banyak terkait kebijakan Trump," ujar Budi di Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025.

Menurut Budi, kebijakan tarif Trump itu juga menjadi pembahasan dalam KTT ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, beberapa waktu lalu. Sebab, sejumlah negara di Asia Tenggara, juga mengalami penurunan volume ekspor.

Kebijakan Trump itu, lanjut dia, membuat para eksportir saling tunggu alias wait and see terkait pengiriman barang. Terlebih, kebijakan tersebut hingga kini juga masih belum menemui kejelasan.

"Kita juga ngobrol (di KTT ASEAN), ternyata pengaruhnya bagi masing-masing sangat besar bahkan banyak eksportir yang cenderung masih menunggu. Jadi tidak hanya sekedar ekspor ke Amerika nya, tetapi ekspor ke negara lain pun juga saling menunggu . Apalagi kan sekarang sepertinya belum ada kejelasan lagi gitu kan ya," kata Budi.

Kendati demikian, menurut Budi, ada indikasi bahwa tarif resiprokal itu dapat berdampak pada peningkatan impor, terutama dari China. Dan, China tetap menjadi mitra dagang terbesar Indonesia.

"Jadi memang perdagangan kita dengan Cina itu kan cukup besar ya. Ekspor kita terbesar juga ke Cina. Ya misalnya tahun lalu, tahun lalu itu ekspor kita 60 miliar dolar AS tapi impor kita US$ 70 miliar Memang terjadi defisit, tapi sebelumnya kita sempat surplus US$ 2 miliar," tukasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia April 2025 mengalami surplus sebesar US$ 0,16 miliar. Namun, angka itu merosot tajam dibandingkan surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$ 4,33 miliar.

Hal ini karena nilai ekspor April hanya mencapai US$ 20,74 miliar, tumbuh 5,76 persen dibandingkan April 2024 (year-on-year/yoy). Sementara nilai impor tercatat sebesar US$ 20,59 miliar, melonjak 21,84 persen yoy

Surplus pada April 2025 ditopang oleh neraca perdagangan nonmigas yang mencatatkan nilai positif sebesar US$ 1,51 miliar Namun, tekanan datang dari neraca perdagangan migas yang mengalami defisit cukup dalam, yakni sebesar US$ 1,35 miliar.

Sementara itu, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia hingga April 2025 tercatat sebesar US$ 86,36 miliar. Nilai ini tumbuh 6,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI